Kadang orang salah kaprah dengan menyebutnya neraca saham. Padahal, enggak ada yang namanya neraca saham. Yang ada adalah neraca keuangan yang kemudian dimanfaatkan untuk melakukan analisis saham.
Kata kunci yang mengalir ke blog ini pun mengungkapkan fakta bahwa banyak orang salah memahami hal ini. Lebih banyak orang yang mencari dengan frasa ‘neraca saham’ ketimbang laporan keuangan atau neraca keuangan untuk memilih saham.
Ya, begitulah. Maka dari itu, hal ini perlu diluruskan.
Apa Itu Neraca Keuangan?
Kalau di Akuntansi, yang namanya neraca keuangan ini adalah makanan sehari-hari. Nah, buat kamu, barangkali ini adalah hal baru. Apalagi kamu yang baru ngeh kalau investasi saham itu menguntungkan hari kemarin, dan hari ini baru mulai baca-baca apa yang perlu dipahami untuk bisa investasi dengan baik.
Yes, kamu harus berkenalan dulu dengan yang namanya neraca keuangan, atau yang sering juga disebut dengan balance sheet.
Neraca keuangan di sini adalah sebuah bentuk dokumen laporan keuangan yang berisi informasi mengenai keuangan perusahaan tertentu, yang kemudian bisa dipakai oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan tersebut dalam periode tertentu.
Nah, kalau di bursa saham, mempublikasikan neraca keuangan sesuai periode yang sudah ditentukan ini memang merupakan kewajiban emiten, alias perusahaan penerbit saham. Laporan keuangan harus publik, sehingga bisa dilihat oleh (calon) investor.
Biasanya, dalam neraca keuangan tersebut, ada beberapa jenis komponen yang perlu diperhatikan. Apa saja?
Komponen dalam Laporan Neraca Keuangan Perusahaan
1. Aset
Aset di sini merujuk pada keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Bisa dibilang, di sinilah nilai kekayaan perusahaan yang sebenarnya, yang bisa digunakan untuk kebutuhan operasionalnya. Kadang disebut juga dengan aktiva.
Ada aset lancar dan tetap.
Aset atau aktiva lancar adalah aset jangka pendek, dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat, umumnya di bawah satu tahun. Misalnya seperti uang tunai, setara kas, piutang, stok, dan sebagainya.
Sedangkan aset tetap adalah aset dengan manfaat lebih dari satu tahun. Seperti kendaraan dinas, bangunan pabrik dan kantor, peralatan produksi, termasuk hak kekayaan intelektual.
2. Liabilitas
Liabilitas adalah kewajiban berupa utang yang harus dibayar kepada pihak lain, baik dalam tenor pendek maupun panjang.
Di sini juga dibedakan dalam 2 jenis.
Ada kewajiban lancar, atau utang lancar, yaitu kewajiban dengan tenor maksimal satu tahun. Misalnya seperti utang usaha, gaji dan pajak, wesel tagih, dan semua yang harus dibayar dalam periode satu tahun.
Ada juga kewajiban jangka panjang, yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Misalnya berbagai pinjaman dan obligasi dengan tenor panjang.
3. Ekuitas
Ekuitas, atau kata lainnya modal, adalah komponen yang dapat mencerminkan besaran kepemilikan perusahaan. Bisa dibilang, ekuitas adalah selisih antara aset dan utang.
Rumusnya: Ekuitas = Aset – Liabilitas
Hasilnya adalah besarnya saldo modal akhir usaha. Dibagi dalam 2 jenis juga. Yang pertama adalah saham disetor, yaitu sejumlah kas yang disetorkan oleh pemegang saham pada perusahaan, yang kemudian digunakan untuk berbagai kebutuhan bisnis. Misalnya dipakai untuk belanja modal kerja, atau membeli aset.
Yang kedua adalah laba ditahan, yaitu laba yang tidak dibagikan pada pemegang saham, yang akan terus terakumulasi seiring waktu.
Cara Membaca Laporan Neraca Keuangan
Nah, sudah tahu beberapa komponen penting dalam neraca keuangan, lalu bagaimana cara membacanya untuk kemudian bisa dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan untuk memilih saham bagi investor?
Enggak rumit kok, kita hanya perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.
Pertumbuhan penghasilan
Sebagai investor, pastinya kita pengin menanam modal pada usaha yang akan berkembang dengan baik ke depannya. So, cek kondisi pertumbuhan revenue atau pendapatan perusahaan dalam beberapa tahun ke belakang. Angka yang baik adalah 5% pertumbuhan setiap tahunnya.
Net profit margin
Bisnis yang baik adalah bisnis yang dapat memberikan keuntungan. Perusahaan dengan bisnis yang baik, biasanya memiliki net profit margin sebesar 10% atau lebih. Tetapi, ini juga tergantung pada sektor industri, sehingga kamu harus mengecek pada perusahaan lain di sektor yang sama.
Net profit margin bisa kamu hitung dengan membandingkan pendapatan bersih dengan pendapatan kotor yang sudah dikurangii biaya operasional, bunga, dividen, pajak, dan faktor pengurang lainnya.
Return on equity
Return on equity adalah jumlah perbandingan laba terhadap jumlah modal perusahaan tersebut. Hal ini akan memberimu gambaran mengenai potensi keuntungan yang bisa diperoleh, dengan berdasarkan perhitungan investasi modalnya.
Rumusnya: (laba : total ekuitas) x 100%
Return on equity, atau RoE, adalah indikator paling basic dalam analisis neraca keuangan untuk saham secara fundamental. RoE bagus, maka kemungkinan komponen lain dalam laporan neraca keuangan tersebut juga akan dalam kondisi yang baik.
Seberapa RoE yang bagus itu? Banyak yang merekomendasikan angka 15% atau lebih.
Debt to Equity
Debt to equity merupakan rasio utang terhadap modal yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin rendah nilai debt to equity dalam laporan neraca keuangan, maka artinya semakin sedikit utang yang menjadi beban bisnis. Besaran yang direkomendasikan adalah 0.5 – 1.
So, itu dia serba-serbi laporan neraca keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bahan pertimbangan memilih saham terbaik. Semua laporan dari perusahaan tercatat bisa kamu dapatkan dan unduh langsung dari website resmi Bursa Efek Indonesia. Gratis!
Selamat berinvestasi!