Bocah Citayam dan Bojong akhir-akhir ini viral di media sosial dan media massa, gara-gara “ulah” mereka membanjiri kawasan Sudirman dengan berpenampilan nyentrik ala-ala fashionista.
Harus diakui, nyali mereka cukup besar, gaya mereka tak biasa. Bahkan media massa sudah membandingkannya dengan gaya street fashion ala Jepang, harajuku. Sejumlah pihak pun menaruh perhatian. Ada yang memberi beasiswa, banyak juga public figure yang ikut bergabung beraksi di Citayam Fashion Week.
Menelusur berita-berita tentang mereka, ternyata menarique juga. Terutama yang berkaitan dengan finansial: Butuh berapa duit untuk sekali nongkrong di SCBD? Pasalnya, kita pasti membayangkan, butuh duit banyak untuk bisa hangout di salah satu kawasan terelit negeri ini itu?
Nah, penasaran kan?
Berapa Uang Jajan yang Pas untuk Bisa Nongkrong di SCBD?
Untuk nongkrong di SCBD bisa dengan banyak cara. Bisa cara sultan atau cara jalanan.
Cara Sultan
Ada banyak tempat di SCBD yang menawarkan makanan dan minuman yang enak, serta suasana yang menyenangkan. Kalau banyak duit, cara sultan nongkrong di SCBD ini rata-rata adalah kongkow di Starbucks. Ini paling standar.
Pesannya Frappuccino ukuran Venti, harganya Rp59.000. Terus untuk makanan, pesan chicken garlic-nya yang seharga Rp62.000. Boleh ditambah dessert-nya, Kakak. Caramel Stroop Waffel yang enak itu harganya Rp15.000.
Total sekali nongkrong Rp136.000, belum termasuk ongkos transportasi jika memang pakai kendaraan umum. Itu masih terhitung murah. Konon, kalau mau habis-habisan, orang bisa menghabiskan Rp400.000 – Rp500.000 sekali nongkrong di SCBD. Bisa lebih.
Nah, tinggal dihitung deh, mau nongkrong berapa kali dalam sebulan. Kalau dihitung seminggu sekali nongkrong, artinya pengeluaran akan menjadi 4 x Rp136.000 = Rp544.000 per bulan. Minimal.
Cara Jalanan
Cara kedua ini adalah cara yang dilakukan oleh bocah Citayam dan Bojong. Rata-rata dari mereka mengaku menghabiskan uang sekitar Rp50.000 hingga Rp100.000 untuk sekali nongkrong.
Rinciannya, Rp10.000 dipakai untuk PP naik KRL. Sisanya untuk jajan. Ada berbagai pilihan jajanan murah juga di SCBD. Misalnya, alih-alih Starbucks, bocah Citayam jajan kopi di starling, alias starbak keliling. Yang paling mahal Rp5.000 per gelasnya. Lalu untuk makan besar, mereka bisa beli makan di warung tegal yang ada di sekitar lokasi. Sekali makan Rp20.000 sudah cukup kenyang. Sisanya dibelikan rokok dan jajanan ini itu.
Taruhlah, dalam satu kali nongkrong mereka habis Rp75.000 (tengah-tengah antara kisaran Rp50.000 hingga Rp100.000), dan rata-rata dari mereka mengaku nongkrong dua kali seminggu. Artinya dalam satu bulan, mereka akan menghabiskan 8 x Rp75.000 = Rp600.000.
Nah, lumayan juga kan, ya? Rata-rata dari mereka mengaku, bahwa uang tersebut mereka dapatkan dari orang tua, dan sebagian lagi dari saudara.
Menentukan Uang Jajan buat Si Remaja
Nah, ini biasanya memang masalah yang dialami oleh sekian banyak orang tua. Yaitu bagaimana menentukan uang jajan yang pas buat anak. Untuk yang masih TK atau SD, biasanya tidak terlalu pusing, karena jajanan SD masih murah, dan anak belum banyak kebutuhan sendiri.
Untuk yang sudah remaja, usia yang duduk bangku SMP atau SMA, biasanya memang lebih tricky. Kalau diberi terlalu sedikit, kasihan kalau ternyata kurang. Misalnya, buat ngangkot saja kurang, ya kan masa dia mau disuruh jalan kaki pulang sekolah? Tapi, kalau berlebihan, takutnya si remaja jadi konsumtif. Yah, dilema memang.
Untuk menentukan uang jajan ini, rasanya paling benar memang kalau ditentukan berdasarkan pengeluaran harian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Berapa harga makanan dan minuman rata-rata di kantin sekolah?
- Berapa kali anak istirahat di sekolah?
- Berapa ongkos untuk transportasi? Berapa jauh jarak tempuhnya?
- Adakah keperluan lainnya? Karena kadang ada iuran kelas, atau harus ada ekstrakurikuler, atau mungkin masih harus les?
Dari sini, kita lantas bisa memperkirakan berapa uang saku yang pas untuk si remaja.
Tip Memberikan Uang Jajan
Sesuaikan dengan kemampuan
Kalau di Jakarta, seperti si bocah Citayam, uang jajan Rp100.000 untuk sekali nongkrong mungkin terdengar wajar. Tetapi bisa jadi tidak kalau di daerah. Rp100.000 bisa dipakai untuk makan seluruh keluarga dalam satu minggu.
Karena itu, memang harus disesuaikan dengan daerah dan kemampuan. Bahkan antara orang tua yang satu dengan yang lain saja bisa berbeda, and that’s ok. Jadi, dalam menentukan uang jajan untuk remaja ini, baiknya bukan berdasar pada, “Berapa uang jajan temen-temenmu yang lain?” Tetapi pada, “Berapa kebutuhanmu dari berangkat sampai pulang?”
Beda anak, beda tipe
Orang tua kudu sadar, bahwa setiap anak punya karakter masing-masing. Ada yang memang tipe nggak bisa menabung, ada anak yang sekali diajari bisa langsung mengelola dengan baik.
Orang tua tak perlu memaksakan, yang penting mendampingi. Tunjukkan cara yang benar, kemudian koreksi yang sekiranya kurang oke.
Anggap sebagai sarana belajar
Keuangan itu tidak pernah dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Tapi, manfaat dari belajar keuangan itu bakalan dibawa sampai jauh ke depan. Karena tak diajarkan di sekolah, lalu dari mana lagi anak bisa belajar kalau enggak dari orang tuanya?
Dan, cara belajar keuangan yang baik adalah dimulai sejak dini dan dipraktikkan secara langsung. Mengelola uang saku dan uang jajan bisa jadi langkah awal yang tepat.
So, bersiaplah dengan berbagai trial and error. Nggak bakalan sekali jadi, dan akan jadi perjalanan yang cukup panjang seiring berkembangnya anak-anak. Bersiap untuk kehilangan, bersiap juga untuk berhasil. Semua bisa terjadi.
Beri contoh konkret
Monkeys see, monkey do. Anak biasanya akan dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
Kalau orang tuanya boros, ya anak dengan mudah pula akan menirunya. Namun, jika orang tua bisa mengelola keuangan dengan baik juga, maka anak akan melihatnya sebagai contoh yang nyata. Dengan begini, akan mudah bagi mereka untuk belajar keuangan.
So, sebelum mengajarkan kebiasaan keuangan yang baik untuk anak-anak, mari kita introspeksi dulu. Apakah sebagai orang tua, kita sudah melakukan pengelolaan keuangan dengan benar? Jika belum, yuk, diperbaiki dulu.
Mulai kenalkan dengan usaha mendapat penghasilan
FYI, banyak di antara bocah Citayam yang ternyata mendapatkan penghasilan dengan cara ngonten di kawasan itu, seiring popularitasnya yang menanjak.
Mereka mengaku, kalau hanya diinterview, mereka bisa mendapatkan Rp50.000. Sedangkan kalau ada endorse, mereka bisa mendapatkan Rp500.000 – Rp800.000, bahkan sampai Rp1.000.000. Menurut pengakuan mereka, sebagian bisa buat balik modal nongkrong, sedangkan sebagian bisa mereka berikan kepada orang tua.
Meski masih berusia remaja, enggak ada salahnya juga untuk memperkenalkan bagaimana kita bisa mendapatkan penghasilan. Besar atau kecil, itu urusan nanti. Yang penting, bagaimana caranya mendapatkan ide dengan memanfaatkan kebutuhan sekitar, hingga bagaimana cara mengelolanya. Seiring waktu, mereka akan tahu konsep menghasilkan dan mengeluarkan uang. Hal yang memang seharusnya sudah dipelajari sejak dini.
Kesimpulan
Sebulan menghabiskan uang sebesar Rp600.000 hanya buat nongkrong bisa jadi nominal yang terlalu besar buat orang lain, sementara buat yang lain bisa jadi biasa saja. So, mari kita serahkan saja pada kemampuan finansial masing-masing untuk memberi uang jajan pada anak.
Yang perlu diingat adalah beri pengertian pada anak, bahwa setiap sen yang dihasilkan oleh orang tua, atau siapa pun yang memberikan uang jajan pada mereka, atau malah yang mereka hasilkan sendiri, sebaiknya tidak dihamburkan begitu saja. Mari kita perkenalkan attitude, bahwa uang harus dihargai, agar kemudian uang menjadi sahabat terbaik kita untuk menjalani hidup.