Sudah nggak perlu dikasih tahu lagi kan, tentang betapa pentingnya berinvestasi? Hal yang mana bisa sukses kamu lakukan ketika kamu dapat mengenali kebutuhan dan produk investasi dengan baik. Salah satu instrumen yang menjanjikan dan cukup populer adalah investasi reksa dana.
Reksa dana merupakan sebuah sistem pengelolaan dana oleh manajer investasi (MI). Dana dari investor ini yang ditanamkan ke berbagai instrumen investasi seperti di pasar uang maupun pasar modal.
Investasi reksa dana ini paling sesuai sih dimanfaatkan oleh para investor pemula. Kenapa sesuai? Karena di sini, investor tidak perlu terjun langsung mengontrol investasinya karena MI yang akan melakukannya. Jenis investasi reksa dana ini juga cocok untuk berbagai rencana investasi, dari pendek sampai yang jangka panjang, karena “menu” reksa dana ini cukup lengkap. Ada instrumen yang memang punya masa pendek, ada pula yang panjang, seperti saham.
Kalau mau tahu jenis-jenis reksa dana apa saja yang bisa dipilih dan dimanfaatkan, bisa cek ke artikel yang sudah ditautkan ya.
Ada 4 jenis strategi investasi reksa dana yang harus kamu ketahui terlebih dahulu sebelum memilih produk invetasi reksa dana.
Apa sajakah ke empat strategi investasi reksa dana tersebut?
1. Strategi Lump Sum
Strategi investasi lump sum merujuk pada proses pembelian unit investasi di mana investor akan menginvestasikan seluruh dananya di awal periode. Pada umumnya investor hanya membiarkan saja dana tersebut bergerak naik turun sesuai dengan perkembangan pasar, sampai investor tersebut memutuskan untuk mencairkan atau menjual kembali unitnya.
Strategi investasi reksa dana ini memiliki kelebihan dan kelemahan juga. Investor yang memilih strategi lump sum harus jeli dan teliti untuk melakukan pembelian di titilk terendah NAB (Nilai aktiva Bersih)
Dengan demikian, para investor tersebut bisa mendapatkan jumlah unit yang lebih banyak dengan harga yang lebih terjangkau. Selain itu, para investor dapat menjual unit yang mereka miliki saat harga NAB yang berada di titik yang lebih tinggi dibandingkan dengan saat pembelian, hal ini untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Masalah pengalokasian dana untuk pembelian unit sudah dilakukan di awal, jadi para investor tidak perlu pusing.
Namun, kelemahan strategi lump sum ini adalah tidak ada yang bisa memberikan prediksi yang tepat tentang kapan titik terendah dari nilai NAB sebuah unit akan terjadi.
Untuk kamu yang modalnya pas-pasan, sayangnya belum bisa memakai strategi investasi reksa dana ini, karena stategi lumps sum ini memerlukan modal yang cukup besar.
2. Strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Strategi ini adalah proses investasi di mana investor melakukan investasi secara berkala dalam jumlah yang tetap. Investasi ini bisa dilakukan investor seminggu sekali, sebulan sekali atau bahkan tiga bulan sekali selama periode tertentu.
Contohnya saja nih, seorang investor memilih untuk melakukan investasi reksa dana sebesar Rp1 juta setiap bulannya, untuk membeli unit selama 3 tahun lamanya. Jumlah uang tersebut dapat digunakan untuk membeli unit yang sama dalam jumlah yang berbeda di setiap bulannya, tergantung dari harga NAB unit tersebut di pasar.
Jenis strategi DCA ini tidak melihat kondisi pasar yang ada. So, para investor tetap akan berinvestasi terlepas apakah kondisi pasar sedang naik ataupun turun.
Penggunaan strategi DCA ini cocok diterapkan bagi investor yang memiliki modal investasi kecil. Kelebihan reksa dana memakai strategi DCA adalah sebagai berikut:
- Investor akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan harga rata-rata dari investasi mereka.
- Dana yang diinvestasikan lebih terjangkau, apalagi untuk investor pemula yang masih ragu-ragu dalam berinvestasi reksa dana karena keterbatasan dana investasi
- Risiko yang ditanggung juga tergolong lebih rendah karena pembelian unit dilakukan secara berkala.
- Jauh lebih praktis bagi investor, karena mereka bisa mengatur agar pembelian dilakukan secara otomatis setiap periode waktu tertentu melalui sistem autodebet atau penarikan uang secara otomatis dari rekening bank investor tersebut.
Bagi banyak orang, jenis strategi DCA ini cukup menguntungkan. Namun bagi beberapa investor, keuntungan reksa dana yang bisa didapatkan tergolong rendah, karena mereka hanya bisa mendapatkan harga rata-rata untuk setiap unit yang mereka beli.
3. Strategi Constant Share (CS)
Strategi CS lebih mengacu pada jumlah unit yang dibeli secara berkala dalam jangka waktu tertentu. Hal ini berbanding terbalik dengan strategi DCA, ya.
Misalkan saja nih, seorang investor berencana membeli 100 unit yang sama setiap bulannya, dalam jangka waktu 3 tahun lamanya. Jumlah uang yang dikeluarkan investor pastinya akan berbeda setiap bulannya tergantung dari harga NAB di pasar.
Keuntungan reksa dana menggunakan strategi ini adalah investor dapat dengan mudah menghitung jumlah unit yang mereka miliki dalam jangka waktu tertentu. Tentu saja biaya yang dikeluarkan dapat sangat bervariasi dan bisa jadi jauh lebih besar. Hal ini dikarenakan harga NAB sebuah unit bisa turun ataupun naik dengan drastis dalam jangka waktu yang cukup singkat.
4. Strategi Investasi Reksa Dana Value Averaging
Strategi reksa dana value averaging adalah upaya penambahan nilai investasi yang tetap dan berkala. Strategi ini lebih mengutamakan nilai investasi kita bertambah baik dengan menggunakan nilai nominal ataupun persentase.
Langkah awal yang dilakukan investor dengan menetapkan nilai investasi yang harus dimilikinya secara berkala.
Misalnya seperti berikut ini:
- Jika investor menggunakan nilai nominal dan ingin nilai investasinya bertambah sebesar Rp1 juta setiap bulannya, maka yang perlu dilakukannya adalah menyetor dana awal sebesar Rp1 juta, lalu di bulan kedua para investor perlu menghitung nilai investasi yang sudah ada. Apabila nilai investasi ini sudah mencapai Rp1,1 juta, maka mereka tinggal menambah investasi sebesar Rp900 ribu, begitu seterusnya.
- Jika investor menggunakan nilai persentase dan investor ingin agar investasinya tumbuh sebesar 10% setiap bulannya, maka yang harus dilakukannya adalah menyetor dana awal investasi sebesar Rp1 juta, lalu dibulan kedua mereka harus bisa meningkatkan nilai investasi tersebut menjadi Rp1 juta dikalikan 10%, maka hasilnya menjadi Rp1,1 juta. Dan apabila pada bulan kedua nilai investasi mereka mencapai Rp1,05 juta, maka mereka hanya perlu menambah Rp50 ribu saja untuk bisa memenuhi target tersebut, begitu seterusnya.
Kesimpulan
Gimana, ternyata cukup banyak kan, strategi investasi reksa dana yang bisa kamu lakukan? Menurutmu, yang mana yang paling cocok untukmu?
Yes, masing-masing strategi investasi reksa dana di atas sudah disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi pilih yang paling cocok dengan kebutuhanmu dalam berinvestasi dan keuntungan seperti apa yang ingin kamu capai. Sesuaikan juga dengan tujuan keuanganmu, ya.
Perkara memaksimalkan keuntungan atau retun dalam berinvestasi itu memang tidak boleh sembarangan loh. Kamu harus memahami dan memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan strateginya. Jadi jangan cuman asal pilih isntrumen investasi yang paling untung yah, tapi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan kamu.
Happy investing, fellas!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai penulis konten untuk website dan media sosial profesional. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.