Siapa nih yang suka dengerin musik KPop?
Saya penikmat musik. Tapi karena saya datang dari generasi X yang terakhir–generasi MTV, kalau ada yang bilang–maka yang saya dengarkan enggak jauh-jauh dari Mariah Carey, Celine Dion, The Cranberries, dan seangkatannya. Tapi saya bukan penikmat satu penyanyi tertentu atau kelompok tertentu sih, saya lebih menikmati musiknya daripada mengikuti artisnya.
Oh enough about me. Yang mau saya katakan, meski saya lebih into ke 90’s dan 00’s, tetapi ternyata enak juga mengikuti perkembangan musik KPop ini. Iya, lagu-lagunya cukup enak didengar (meski saya lebih suka mengikuti lagu yang saya paham liriknya tentang apa), tetapi akhir-akhir ini banyak idol KPop yang akhirnya merilis lagu berbahasa Inggris, sehingga “memaksa” saya untuk coba ikut mendengarkan.
Yang lebih menarik perhatian saya sih, how musik KPop (dan drama Korea) membawa perekonomian Korea Selatan melejit sedemikian rupa. Nah, ini yang akan kita obrolin sekarang.
Berawal dari Psy
Hallyu–atau Korean wave–yang menyebar ke seluruh dunia sepertinya diawali oleh Psy, dengan video musik Gangnam Style-nya. Psy, alias Park Jae Sung, memperkenalkan tarian ‘menunggang kuda yang tak terlihat’ yang langsung menjadi hit di seluruh dunia.
Banyak orang meremehkannya, tetapi lebih banyak yang menggemarinya.
Hal ini terjadi di tahun 2012. Dan kemudian tahun 2019 lalu, boy band Korea Selatan yang beranggotakan 7 orang dengan jumlah fans superfanatik terbesar di seluruh dunia, BTS, menjadi idol KPop pertama yang berhasil menembus posisi no. 1 di tangga lagu Billboard 200 dengan lagunya yang berjudul Love Yourself: Tear.
Di tahun yang sama, The Korea Music Content Association melalui Gaon Music Chart–yang dipercaya memiliki reputasi setara dengan Billboard tetapi untuk chart lagu di Korea Selatan–mengeluarkan semacam sertifikasi bahwa Love Yourself: Tear telah terjual satu juta kopi sejak pertama kali dirilis.
Di tahun 2020 ini, BTS kembali mengeluarkan singlenya yang berjudul Dynamite, dan merupakan lagu dengan lirik full English pertama mereka. Lagu ini kembali memecahkan rekor. Sebanyak 7 versinya, semuanya nangkring di chart Billboard.
Sebenarnya, bagi artis musik Kpop, masuk ke jajaran Billboard ini bukanlah hal baru. BoA–yang bernama asli Kwon Bo-ah–merupakan nama pertama yang muncul di chart Billboard 200 tahun 2009.
Bertumbuh, dan Terus Bertumbuh
Industri hiburan Korea Selatan sebenarnya sangat erat kaitannya dengan sejarah politik yang terjadi dalam negara tersebut. Saat demokrasi diadopsi oleh negara tahun 1987, saat itulah industri musik Korea Selatan mendapatkan momentum.
Dimulai di tahun 1992, ketika Seo Taiji and Boys tampil di sebuah acara bertajuk Munhwa Broadcasting Corporation. Dan, setelah itu, berbagai boy band dan girl group mulai banyak terbentuk. Pengaruh ini benar-benar terasa di circa 90-an hingga tahun 2000-an.
Di akhir tahun 2000, perkembangan KPop semakin tak terbendung dengan kemunculan YouTube. Salah satu yang paling fenomenal saat itu adalah lagu Gee oleh Girls’ Generation. Lagu tersebut melejit, dan telah ditonton 100 juta kali hanya dalam waktu singkat. Beberapa orang mengaku, bahwa mereka tertarik untuk menonton video tersebut (nggak cuma sekali loh, tapi mereka sampai nonton beberapa kali) karena warna-warna yang sangat pop, musik yang easy listening, dan koreografi yang memukau.
Rahasia Sukses Musik KPop Menjadi Tren Dunia
Dalam Harvard Business Review, Mooweon Rhee–seorang profesor manajemen di School of Business Yonsei University Seoul–dan Won Yong-oh–seorang mantan asisten profesor di Haskayne School of Business University of Calgary Canada–menuliskan bahwa keberhasilan musik KPop yang mengglobal bukan terjadi secara kebetulan. Semua sudah direncanakan sedemikian rupa sampai sedetail-detailnya.
Membuat Tren Alih-Alih Hanya Ikut
Salah satu hal yang paling menonjol adalah perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam industri musik KPop menemukan model bisnis paling efektif dengan mengubah fundamental membangun bisnis yang orang biasa lakukan. Daripada mencari bakat yang sudah jadi, para agensi ini justru membuatnya.
Tiga perusahaan hiburan besar, JYP, SM dan YG dan lainnya menggunakan dua cara untuk mengidentifikasi bakat: dengan mengikuti audisi dan mereka mencari bakat. Uniknya, audisi diadakan di Korea dan tetapi boleh diikuti oleh siapa pun secara global, dari AS hingga Kazakhstan. Bahkan sudah ada idol KPop yang berasal dari Indonesia, Dita Karang, yang kini menjadi member girl group Secret Number.
Para Pelakunya Mau Berasimilasi dengan Budaya Lain
Ini juga sangat unik, karena tak semua industri musik mau melakukannya.
Saat musik KPop mulai dikenal di Tiongkok, Jepang, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya–serta mulai ngehits–mereka tak ragu untuk merekam kembali lagu-lagunya dengan menggunakan bahasa-bahasa setempat di negara mana mereka hendak mengedarkannya.
Banyak group merekam kembali lagu-lagunya dalam bahasa Tiongkok, Jepang, hingga Inggris, agar lagu-lagu mereka bisa lebih relatable dengan pendengarnya.
Memanfaatkan YouTube Seoptimal Mungkin
Salah satu faktor terpenting yang dapat menyebarkan gelombang tren Korea ini adalah perusahaan label dan agensi tak ragu memanfaatkan YouTube sebagai “corong” pemasarannya.
Perkembangan YouTube sebagai platform video global memungkinkan artis Korea beralih dari selebriti lokal menjadi superstar global. Mereka tinggal memainkan saja “senjata” yang sudah ada–mulai dari lagu yang enak didengar, koreografi yang keren bats, pun visual-visual membernya yang enak dipandang–di YouTube, dan jadilah video-video yang ditonton sampai ratusan juta kali.
Musik KPop pun mendunia sejak tahun 2009 ketika lagu-lagu seperti Sorry Sorry oleh Super Junior, Nobody oleh Wonder Girls, Gee oleh Girls ‘Generation, dan yang lainnya, menyebar melalui YouTube ke seluruh dunia.
Lengkap dan Totalitas
Musik KPop adalah paket lengkap. Di dalamnya ada tren mode, koreografi tari, lirik lagu, melodi, storytelling–yang tidak hanya “menjual” musik itu saja, tetapi para idol KPop itu juga merupakan komoditi besar tersendiri.
Agensi-agensi mencari bakat, melatih mereka dengan keras, lalu diproduksi dan dipasarkan dengan promosi yang tak pernah digarap tanggung-tanggung. Semuanya totalitas. Dengan demikian, the whole package beresonansi dengan sangat harmonis, sehingga mengembalikan laba yang luar biasa.
Musik KPop dan Pengaruh Besarnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Korea Selatan
Saat ini, industri musik Korea didominasi oleh beberapa nama perusahaan agensi artis besar, mulai dari SM Entertainment, YG Entertainment, JYP Entertainment, dan yang paling fenomenal, Big Hit Entertainment, yang menaungi boy band terpopuler saat ini, BTS.
Di tahun 2017, segera setelah BTS berhasil mencapai peringkat Billboard pertamanya, laba perusahaan ini pun meroket. Menurut laporan audit YoY, laba bersih Big Hit naik 173% dari tahun 2016, mencapai 24,5 miliar won, atau sekitar US$ 22,9 juta.
Big Hit bahkan telah sukses IPO, dan jadi salah satu yang terbesar selama 3 tahun belakangan, pada 5 Oktober 2020 lalu. Saham Big Hit diterbitkan dengan harga 135.000 won (US$ 115), dan berhasil mengumpulkan 962,55 juta won ($ 822 juta), dan mengatrol valuasi perusahaan hingga 4,8 triliun won ($ 4,1 miliar). Pada 15 Oktober, saham Big Hit sudah bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Ekonomi Korea Selatan telah tumbuh pesat selama 2 dekade terakhir, dan ekspor musik KPop telah mendorong industri musik Korea Selatan ke perkiraan pertumbuhan yang mencapai USD 5 miliar, menurut laporan Korea Creative Content Agency, di tahun 2017.
BTS merupakan salah satu pengaruh yang paling signifikan di sini. Sejarah mencatat, selama 5 hari BTS menduduki puncak tangga lagu Billboard 200 tersebut, harga saham perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri hiburan melonjak drastis. Saat itu, valuasi Big Hit Entertainment, agensi manajemen tempat BTS berlindung, mencapai 1 triliun won Korea Selatan, atau setara dengan USD800 ribu lebih.
Korean wave atau hallyu–termasuk di dalamnya adalah drama Korea dan musik KPop–yang melanda seluruh dunia menjadi berkah bagi citra dan ekonomi negara ginseng tersebut, terutama ketika negara yang dipimpin oleh Moon Jae-in tersebut terpuruk saat krisis keuangan Asia melanda tahun 1997.
Pemerintahnya sendiri sangat proaktif terhadap pengembangan ekonomi budaya negaranya. Bahkan mereka punya departemen khusus untuk mempromosikan KPop secara mengglobal, dan enggak ragu untuk menggelontorkan dana cukup besar demi mendukung usaha menduniakan musik KPop dan juga drama Korea ini.
Dan, dari sini, banyak sekali aspek ekonomi yang ikut terkatrol.
Pariwisata
Changdong, yang berlokasi di barat laut Seoul, dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata budaya utama Korea Selatan, terkhusus untuk industri musik KPop. Penyelesaian Platform 61, sebuah cultural space, yang dibangun dari 61 kontainer warna-warni menjadi salah satu landmark monumental yang bisa kita lihat sebagai tanda keseriusan pemerintah dalam hal ini.
Banyak idol KPop yang sudah memanfaatkan Platform 61 ini sebagai setting untuk membuat video musik untuk single-single terbaru mereka.
Bahasa
Permintaan untuk belajar bahasa Korea juga meningkat.
BBS News–sesuai penelusuran–lagu-lagu KPop membuat orang penasaran akan maknanya, sehingga “memaksa” orang untuk belajar bahasa Korea. Negara-negara dengan permintaan pelajaran bahasa Korea terbanyak adalah Amerika Serikat, Kanada, Thailand, Malaysia, hingga Aljazair.
Pemerintah Korsel pun tanggap akan hal ini, dan dengan sigap membangun 130 institut bahasa Korea di lebih dari 50 negara.
Ekspor Produk Industri Lain
Hallyu juga akhirnya membawa pengaruh terhadap peningkatan ekspor consumer goods lainnya; fashion, makanan, bahkan tren operasi plastik pun melanda dunia. Di sini, industri kecantikanlah yang mengalami pertumbuhan terbesar. Tak ketinggalan berbagai merek elektronik Korea, seperti LG, Samsung, dan Hyundai juga menjadi leader di market masing-masing.
Hyundai Research Institute menilai, efek ekonomi yang dibawa oleh hallyu membawa citra negara menjadi membaik, dan kemudian mengarah pada peningkatan ekspor dan akhirnya memberi kemajuan signifikan terhadap pertumbuhan industri manufaktur.
Memang luar biasa ya kan? Saya menuliskan ini dan mengumpulkan data-data dari berbagai sumber, dan merasa sangat amazed. Kebayang kalau industri musik Indonesia dan drama sinetronnya digarap dan dianggap serius seperti ini. Bakalan seperti apa ekonomi Indonesia, jadinya?
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai penulis konten untuk website dan media sosial profesional. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.