Yes, dalam kondisi darurat seperti sekaranglah, dana darurat akan datang menolong. Jadi, semoga kemarin-kemarin kamu sempat mempersiapkannya dengan baik. Mungkin belum dalam jumlah yang ideal, tapi semoga saja sudah ada. Dan, siap.
Kita tentu harus berharap yang baik-baik saja, tetapi kita juga mesti realistis. Pasti maunya sih kondisi serba-tak-pasti ini bisa segera diakhiri. Tapi, kita mesti melek juga bahwa permasalahannya begitu serius, sehingga rasanya enggak mungkin akan beres hanya dalam seminggu dua minggu.
Jadi, akan ada kemungkinan kamu harus menggunakan dana darurat ke depannya. Mungkin saja kantor tempat kamu bekerja harus melakukan efisiensi. Kamu harus tetap bersyukur sih, jika masih mendapatkan penghasilan meski tak sebanyak biasanya. Buat kamu yang dirumahkan tanpa gaji atau upah, kamu harus segera siap dengan dana darurat.
Jika skenario terakhir yang sekarang menjadi pilihanmu, berikut beberapa hal yang harus kamu perhatikan sebelum benar-benar menggunakan dana daruratmu untuk hidup.
7 Hal tentang Penggunaan Dana Darurat
1. Pahami: dana darurat bukan “uang kaget”
Pertama, pahami bahwa dana darurat bukan semacam tambahan duit yang jatuh dari langit, dan bisa kamu gunakan buat foya-foya atau beli ini itu yang enggak bersifat darurat.
Dana darurat itu adalah duitmu sendiri, yang sudah kamu siapkan sebagai dana cadangan. Saat sesuatu yang bersifat cadangan sudah dipakai, maka itu berarti ada sesuatu yang gawat darurat terjadi. Betul?
Maka, jangan anggap sebagai duit nganggur yang bisa dipakai dengan sembarangan. Ketika hal ini sudah menjadi mindset, selanjutnya kamu akan bijak dan penuh perhitungan dalam penggunaannya.
2. Hitung kekurangan dana yang dibutuhkan
Agar penggunaannya tepat, maka kamu harus tahu berapa kekurangan kebutuhanmu sendiri.
Di saat darurat seperti sekarang, ada 2 pos pengeluaran yang harus diprioritaskan: cicilan utang dan kebutuhan pokok seperti makanan dan kesehatan. Jadi, utamakan untuk menghitung kekurangan dana di kedua pos tersebut.
Tapi, apakah penghasilanmu beneran kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok? Coba kita ke poin ketiga ya.
3. Atur pos pengeluaran
Seperti sudah dijelaskan di poin kedua, bahwa cicilan utang dan kebutuhan pokok menjadi 2 prioritas teratas.
Khusus untuk cicilan utang, jika kamu memang merasa kewalahan, kamu bisa meminta keringanan pada pihak pemberi pinjaman. Tentunya kamu harus tahu dulu prosedurnya ya.
Sedangkan, kebutuhan pokok seperti beras, minyak, dan sebagainya itu memang harus dengan bijak diatur. Tapi, tak perlu nyetok terlalu banyak juga. Ingat, ada teman-teman lain yang juga membutuhkannya. Berbagilah, karena bagaimanapun kita menghadapi situasi yang sama sulitnya kok. Dengan berbagi, justru kita juga akan lebih kerasa senasib sepenanggungan.
Kebutuhan lain, seperti langganan streaming, ke gym, nongkrong, belanja gawai, dan kebutuhan tersier lain, bisa kamu pertimbangkan lagi. Benar-benar perlu enggak sih? Kalau seumpama anggaran pada pos pengeluaran tersier ini dikurangi–hentikan pengeluaran pada barang atau jasa yang enggak penting-penting amat–kamu bisa menghemat berapa banyak?
Kalkulasikan semua ya, lalu cermati. Bisa jadi, setelah perhitungan yang saksama, kamu malah akan memutuskan untuk enggak perlu menggunakan dana darurat dulu lo, karena ternyata penghasilanmu tuh cukup untuk bertahan hidup minimalis.
Berarti selama ini, ngapain aja hayo?
4. Cairkan sesuai kebutuhan
Jika dalam perhitungan memang terlihat bahwa dana segarmu kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka opsi untuk mencairkan dana darurat jadi pilihan yang baik.
Katakanlah, selama ini kamu sudah menyimpan dana darurat dalam beberapa instrumen yang likuid; di Reksa Dana Pasar Uang, di tabungan, atau dalam bentuk logam mulia. Kamu enggak perlu langsung mencairkan semuanya sekaligus. Coba lakukan perhitungan lagi, instrumen mana yang paling mudah diakses, paling cepat dicairkan.
Untuk mengambil dana di tabungan berjangka atau deposito, misalnya, kamu hanya butuh satu hari saja. Jangan lupa menghitung juga penalti yang mungkin ada ya. Untuk mencairkan dana di Reksa Dana Pasar Uang, mungkin manajer investasimu punya tenggat waktu sampai 7 hari untuk mencairkan dana investor. Sedangkan, untuk mencairkan logam mulia, kamu mungkin butuh waktu juga untuk bisa melakukan penjualan.
Belum lagi soal nominal. Akan lebih baik jika kamu mencairkan instrumen dengan nominal yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan semua-mua langsung dicairkan.
5. Nggak usah lebay
Iya, nggak usah lebay tapi tetap waspada. Kondisinya memang lagi tanggap darurat bencana, karena itu kamu harus tenang supaya bisa berpikir dengan baik.
Nggak usah stock piling. Nggak usah panic buying. Nggak usah borong-borong nggak jelas. Kebutuhan pokok toh sudah dijamin oleh pemerintah, dan akan lebih baik kalau kita pegang fresh cash ketimbang nimbun barang yang bisa busuk.
Jadi, nggak usah lebay.
6. Buat janji untuk mengganti
Buat komitmen pada diri sendiri saat mencairkan dana darurat: suatu hari nanti–saat kondisi sudah pulih dan baik–kamu akan mengembalikannya, dalam instrumen yang sudah kamu perhitungkan pula untung dan risikonya.
Kamu harus memenuhi janji ini ya, enggak boleh lupa lo! Kamu sudah merasakan sendiri manfaatnya sekarang kan? Bukan nggak mungkin, krisis atau kesulitan lain juga akan harus kita hadapi di masa depan. Siapa yang bisa jamin hidup akan mulus terus?
Dana darurat memang sepenting itu, fellas.
7. Pertimbangkan untuk mencari alternatif penghasilan
Yang seharusnya kita lakukan sekarang ini adalah menjaga arus kas agar tetap positif. Penghasilan ada, meski kecil, dan sebisa mungkin meminimalkan pengeluaran.
Kalau penghasilan menurun, gimana? Well, mungkin kita bisa mencoba menambahnya lagi.
Kalau mau mengamati, segala hal yang bisa diperjualbelikan secara online, sekarang lagi mendapat peluang. Apalagi yang termasuk kebutuhan pokok.
Nah, barangkali kamu juga bisa memanfaatkan kesempatan ini. Misalnya selama ini kamu sudah berbisnis, coba pertimbangkan, mungkin enggak membawa bisnismu ke ranah online?
Semoga badai virus ini segera berlalu ya. Hang in there, pasti kita bisa melewatinya bersama-sama.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.