Apakah kamu adalah salah satu yang punya investasi emas? Kayaknya sih iya ya. Investasi emas ini bisa dibilang investasi nan old school, tapi ya terbukti tetap masih banyak yang percaya, bahwa investasi emas adalah investasi terbaik. Mengapa? Karena konon katanya, harga emas itu stabil?
Ya saya sendiri juga mengalaminya sih. Ada sedikit cerita.
Emas, Investasi Paling Aman?
Orang tua saya bukanlah orang-orang yang melek literasi keuangan. Baby boomers seperti mereka jarang sekali yang paham pentingnya investasi. Tetapi mereka menyebut emas sebagai tabungan. Bahkan ibu saya menyimpan emas juga dalam bentuk perhiasan, alih-alih emas batangan. Mau bilang kalau investasinya salah? Tapi, mereka berhasil membuat rumah yang cukup besar bermodal simpanan emasnya ini tuh. Memang bukan rumah gedong, tapi cukup luas buat menampung kami berlima. Luas banget bahkan, karena kalau ngobrol antar ruangan ya kami harus teriak kok, biar kedengeran. Dan bukan rumah yang sekali jadi juga, tetapi rumah berkembang. Tahu kan, maksudnya? Semuanya bermodal dari simpanan emas.
Makanya, pas saya (akhirnya) menikah, saya juga dapat petuah, “Minta seserahannya dibanyakin di emas aja. Biar bisa jadi tabungan. Yang makanan-makanan, baju, simbolisasi saja.”
Dan begitulah, saya juga memulai investasi pertama saya pada emas. Bukan karena apa-apa sih, tapi karena saya masih “belum percaya” pada investasi. Ya kali, duit yang saya dapatkan sampai berdarah-darah ilang gitu saja, kalau misalnya investasi saya merugi?
Iya, itu memang pemikiran yang literasi keuangannya belum banyak.
Kembali ke topik.
Saya yaqin banget, banyak yang punya cerita mirip dengan cerita di atas. Saya sering kok dengar curhat atau pertanyaan seputar investasi emas ini di beberapa tempat. Pertanyaannya seputar, “Investasi apa ya, yang bisa se-“aman” emas? Saya pengin nambah instrumen, tapi kok takut rugi.” Atau, “Duh, saya cuma berani simpan emas aja, sama deposito. Kalau saham, saya takut.” Dan sebagainya.
So, emas memang dianggap paling aman sejauh ini. Ada yang bilang, karena harganya stabil. Ada yang keukeuh, “Harga emas itu naik kok, setiap tahunnya.”
Apakah benar?
Fakta Fluktuatifnya Harga Emas
Coba cek di artikel ini, yang menjelaskan mengenai sejarah harga emas dalam 100 tahun terakhir. Grafik di bawah merupakan grafik yang diambil dari situs yang sama juga. Kamu bisa lihat, harga logam mulia satu ini sebenarnya tidak sestabil itu.
Nah, kalau scroll ke bagian bawahnya lagi, kita bisa melihat tabel pergerakan harga emas dunia ini. Harganya pernah sangat jatuh di tahun 1975, 1981, 1997, dan 2013. Dan, pernah pula menukik naik di tahun 1979—sampai 133%! Ckckck.
Jadi, masih mau bilang harga emas stabil?
Nah, kalau mau menggali informasi lebih dalam lagi, kita bahkan bisa menemukan sejarah harga emas sejak tahun 1800-an. Coba lihat deh, tahun 1800-an sampai 1930-an lah ya, harganya datar banget. Terus, tahu-tahu ada kelonjakan yang cukup signifikan di 1980-an. Iya, yang naik sampai 133% itu.
Nah, kalau melihat semua data sejarah itu, apakah kita masih bisa mengatakan kalau harga emas stabil? Stabil naik? Enggak juga kayaknya ya? Meskipun enggak berfluktuasi secara lebay semacam saham, tapi harganya juga nggak sestabil itu.
Apa yang bisa memengaruhi harga emas? Nah, mari kita lihat.
4 Hal yang Paling Banyak Memengaruhi Fluktuasi Harga Emas
1. Supply vs Demand
Hukum jual beli emas sama saja dengan hukum jual beli komoditi apa pun di dunia ini. Harganya akan naik ketika demand-nya bertambah, sedangkan supply tidak mencukupi. Atau, kala terjadi kelangkaan.
As you know, emas kan enggak hanya diminati sebagai instrumen investasi saja, di mana orang-orang mengoleksinya dalam bentuk batangan. Emas juga dicari sebagai bahan baku perhiasan, juga menjadi bahan baku berbagai produk, misalnya industri alat medis dan elektronik. Karena itu, permintaan akan bahan emas bisa naik bisa pula turun mengikuti gejolak yang terjadi di dunia perdagangan.
Belum lagi, jika ada praktik monopoli emas, seperti yang terjadi sekarang. Beberapa bank sentral dunia—seperti The Feds (bank sentral Amerika Serikat) dan European Central Bank—menyimpan emas lebih banyak ketimbang mereka menjualnya. Ini jugalah yang menjadi penyebab kenaikan harga emas.
2. Nilai Tukar Dolar AS
Faktanya, keduanya memang saling berkaitan. Karena Dolar Amerika Serikat sampai saat ini masih menjadi mata uang paling dominan di dunia, maka harga emas juga menggunakan konversi Dolar Amerika Serikat.
Ketika nilai tukar Dolar AS menurun, maka harga emas akan naik. Demikian pula sebaliknya, kalau nilai tukar Dolar AS naik, harga emas pun menurun. Sedangkan nilai tukar Dolar AS juga dipengaruhi banyak faktor, so yeah … harga emas pun bisa naik turun seenak udel juga.
3. Suku bunga
Saat suku bunga naik, maka hal ini pun bisa memengaruhi harga emas. Mengapa bisa begitu?
Ketika suku bunga naik, para investor akan cenderung lebih memilih untuk menjual emas dan menyimpan dana mereka ke instrumen investasi yang dapat bunga tinggi. Deposito, misalnya. Karena banyak yang melepas emasnya, maka harga emas pun turun. Sesuai dengan hukum ekonomi yang berlaku.
Sedangkan naik turunnya suku bunga ini juga disebabkan oleh berbagai macam faktor, di antaranya kebijakan pemerintah tentang hal-hal tertentu, kebutuhan dana, hingga target profit dari bank.
Jadi, bisa dong, harga emas naik turun lantaran suku bunga juga sedang “dimainkan”? Ya, bisa saja.
4. Isu global
Kayak sekarang, lagi masa pandemik virus korona yang berlaku global. Banyak negara harus lockdown dan menghentikan kegiatan ekonominya sama sekali, demi mengendalikan laju persebaran virus ini. Sampai dengan artikel ini ditulis, sudah ada 2.012.063 kasus positif virus korona di seluruh dunia, sudah membawa 127.493 kematian. Thank God, yang sembuh sudah lebih banyak, yaitu 489.795 orang.
Karena tingkat keparahannya ini, bahkan sudah ada prediksi bahwa dunia akan mengalami resesi parah.
Isu-isu seperti ini jelas memengaruhi naik turunnya harga emas. Beberapa waktu yang lalu, harga emas pun naik lantaran banyak investor yang mengalihkan dana investasinya ke emas. Saham jeblok, obligasi berantakan semua, soalnya.
Nantinya, bukan tak mungkin juga kalau harga emas akan terkoreksi lagi, kalau masa pandemik ini akhirnya berlalu.
Nah, dari beberapa cerita di atas, kita bisa menyimpulkan, bahwa cukup sulit buat kita untuk bisa memprediksi harga emas ini. Bahkan harga untuk besok pun kita enggak akan tahu. Bisa dengan cepat berubah juga menyesuaikan kondisi.
So, hati-hati kalau sampai kamu masih ber-mindset bahwa harga emas selalu naik. Semua tergantung kondisi. Namun, fluktuasi harga emas memang tak seagresif harga saham, sehingga masih tetap bisa menjadi pilihan terutama buat kamu yang pengin investasi tanpa terlalu deg-degan.
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.