Investasi menjadi salah satu jalan buat kita untuk meraih cita-cita. Karena setiap cita-cita pasti butuh biaya. Bener enggak? Nah, tinggal butuh berapa dan berapa lama jangka waktunya, sehingga kita bisa memilih investasi jangka pendek ataukah jangka panjang untuk bisa mewujudkan cita-cita itu.
Yes, berdasarkan jangka waktunya, investasi bisa dibedakan dalam 2 kelompo, yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Nah, berapa tahunnya ini banyak versi. Tapi untuk artikel di sini, mari kita satukan persepsi dulu. Di bahasan ini, investasi jangka pendek berarti adalah investasi berkurun waktu kurang dari 5 tahun. Sedangkan investasi jangka panjang adalah investasi yang berkurun waktu lebih dari 10 tahun.
Nah, sekarang tergantung tujuan keuangannya untuk apa, misalnya saja untuk dana liburan, dana menikah, dana masuk playgroup atau preschool buat bocah, atau untuk dana DP rumah. So, jika kita “hanya” punya waktu 5 tahun, maka investasi apa saja yang bisa diharapkan hasilnya?
Setidaknya ada 3 instrumen investasi jangka pendek yang bisa dipertimbangkan.
3 Jenis Investasi Jangka Pendek
1. Reksa dana
Ada 2 jenis reksa dana yang cocok digunakan sebagai instrumen investasi jangka pendek, yaitu:
- Reksa dana pasar uang: dana yang terkumpul akan diinvestasikan pada instrumen pasar uang, seperti surat berharga pasar uang, sertifikat Bank Indonesia, sertifikat deposito, dan sebagainya. Untuk reksa dana pasar uang ini sudah pernah dibahas cukup lengkap di blog ini juga. Jadi, silakan dicek yah.
- Reksa dana pendapatan tetap: dana yang terkumpul akan diinvestasikan sebesar 80% pada instrumen surat berharga berbasis utang atau obligasi, yang merupakan bagian dari instrumen pasar modal. Untuk reksa dana pendapatan tetap sendiri juga sudah pernah dibahas di blog ini, so, silakan ceki-ceki juga!
Kamu pasti sudah tahu, bahwa sebenarnya ada 4 jenis reksa dana yang biasanya ditawarkan oleh manajer investasi. Dua sudah disebutkan di atas, yang dua lagi adalah reksa dana saham dan reksa dana campuran.
Untuk dua jenis reksa dana yang terakhir kurang cocok jika dimanfaatkan untuk investasi jangka pendek, lantaran keduanya melibatkan saham sebagai salah satu instrumen investasi dengan proporsi tertentu. Dan, seperti yang kamu tahu juga, harga saham di pasar modal yang sangat fluktuatif pasti akan bikin jantungan kamu yang butuh cuan cepat. Ya, memang sih, peluang untuk cuan cepat itu ada, tapi risikonya juga tinggi. Kalau kondisi IHSG lagi merah–seperti saat artikel ini ditulis–ya bisa nangis deh kita. Mesti nunggu stabil lagi, kalau mau dipakai uangnya.
2. P2P Lending
P2P Lending, atau peer to peer lending, adalah suatu platform yang mempertemukan pemodal dengan mereka yang membutuhkan tambahan modal atau dana untuk berbagai keperluan.
P2P Lending merupakan “buah” dari perkembangan financial technology alias fintech yang semakin maju belakangan. Seperti halnya marketplace yang menjadi mal belanja online, P2P Lending menawarkan kemudahan masyarakat untuk mendapatkan modal di luar bank.
Nah, berbeda dengan platform pinjaman online yang menawarkan pinjaman untuk keperluan pribadi, P2P Lending biasanya lebih terstruktur dan biasanya pinjamannya dipergunakan untuk mengembangkan usaha para pebisnis kecil. Jadi, dengan menjadi investor di P2P Lending, kita juga membantu UMKM dan usaha rumahan untuk berkembang lo!
Selain itu, P2P Lending juga menawarkan bunga yang lumayan untuk investor. Bisa berbeda-beda sih tergantung platformnya, tapi ada yang menawarkan rata-rata bunga 18% per tahun. Hmmm … not bad kan? Cocok banget untuk investasi jangka pendek.
Namun, dibandingkan reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap, investasi di P2P Lending risikonya lebih tinggi. So, yeah, you’ve been warned ya. Karena itu, ada baiknya kamu cari informasi sebanyak-banyaknya dulu sebelum mulai berinvestasi. Berinvestasi apa saja sih, enggak cuma di P2P Lending saja.
3. Obligasi
Obligasi adalah surat utang. Ini adalah salah satu jenis investasi jangka pendek yang cukup aman, apalagi jika penerbit obligasinya adalah pemerintah.
Karena, sekali lagi: ya masa enggak percaya sama pemerintah sendiri?
Untuk seluk-beluk obligasi yang harus diketahui–terutama buat kamu yang pemula–bisa dicek di artikel ini ya.
Untuk obligasi pemerintah ini biasanya jatuh temponya sekitar 2 – 3 tahun, dengan kupon yang besar bunganya disesuaikan dengan besar bunga deposito dari BI. Lebih besar sih, selama ini! So, memang sangat menguntungkan.
Tapi, kalau kamu mau mencoba berinvestasi di jenis surat utang yang lain juga bisa saja. Sila cek ke artikel obligasi yang ditautkan di atas, karena memang ada banyak jenis obligasi yang bisa dipilih. Hanya saja, tetap waspada ya! Meski cukup aman, tapi–sebagai jenis investasi jangka pendek–risiko obligasi juga ada dan cukup besar.
Nah, sudah kenal dengan beberapa jenis investasi jangka pendek, sekarang gimana nih cara mulai investasinya? Biasanya memang bikin bingung di awal kan ya? Begitu sudah nyemplung mah, lanjot!
So, berikut sedikit strategi investasi jangka pendek buat kamu, para investor pemula bermasa depan cerah!
1. Sesuaikan dengan tujuan keuangan
Hayo, jangan bilang mau investasi tapi nggak tahu buat apaan. Selalulah awali investasi dengan tujuan. Mau buat apa uangnya nanti?
Ini penting, karena berdasarkan tujuan inilah, kamu bisa menentukan mau berinvestasi di instrumen apa dan bagaimana supaya investasimu bisa konsisten.
Jadi, sebelum mulai berinvestasi, beri tujuan pada investasimu dan kemudian beri waktu. Misalnya, buat dana liburan ke Jepang, 2 tahun lagi. Butuh duit Rp20.000.000 buat jalan-jalan. Nah, kan jadi bisa dihitung, dengan nabung berapa ratus ribu rupiah setiap bulan di reksa dana pasar uang, misalnya, nanti 2 tahun lagi bisa tercapai enggak itu Rp20 juta?
Tujuan ini bisa juga jadi motivasi. Kalau meleset, ya jadi nggak liburan deh.
2. Cermati kinerja sebelumnya
Kinerja masa lalu dari instrumen investasi–termasuk investasi jangka pendek–bisa jadi tidak akan mencerminkan kinerja di masa mendatang. Tetapi kinerja di masa lalu bisa menjadi gambaran, seperti apa perkembangan instrumen investasi yang kita incar itu.
Kalau stagnan atau tidak ada perkembangan berarti, maka ya besar kemungkinan, ke depan juga enggak akan ada perkembangan yang baik.
Terutama di reksa dana, biasanya manajer investasi ngasih grafik pertumbuhannya. Kita bisa cermati dengan teliti. Untuk obligasi–kalau pemerintah–kita bisa cari informasi juga. Begitu juga dengan P2P Lending, cari track record platformnya. Apakah pernah bermasalah?
Khusus untuk P2P Lending, kalau masih pemula, carilah yang berasuransi. Jadi, kalau terjadi risiko gagal bayar, uang kita akan kembali.
3. Diversifikasi
Diversifikasikan, ini sudah saran yang paling top deh. Jangan hanya berinvestasi di satu instrumen investasi jangka pendek.
Ada 3 jenis investasi jangka pendek sudah diperkenalkan kan? Eh, empat malah, karena reksa dana ada 2 jenis. Jadi, alokasikan dana di beberapa tempat, demi meminimalkan risiko.
Agak ribet memang, tapi ini perlu untuk kamu lakukan.
4. Jangan serakah
Nah, ini. Sifat dasar manusia itu kan kalau dapat untung, seneng, terus penginnya dapat untung lebih besar lagi. Kadang, ini loh yang akhirnya bikin susah.
Jadi, gimana ngatasinnya supaya enggak serakah? Ya, dengan target nominal. Ambil contoh liburan ke Jepang di atas. Target nominal Rp20.000.000, ya kalau sudah mencapai target, segera cairkan.
Ya, boleh sih kalau mau diinvestasikan lagi. Tapi please, jangan hanya karena cuan semata. Sesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, enggak jadi liburan ke Jepang, tapi mendingan buat ambil S2. Nah … boleh saja! Ayo, lanjutkan investasinya.
Nah, selamat berinvestasi, fellas! Semoga cita-citanya diijabah!
Hapit mengatakan
Perlu banget ini informasi kakanda. Terimakasih pencerhannya. Berbagi ilmu
diskartes mengatakan
Most welcome