Halo, para first jobber! Selamat atas pekerjaan barumu ya! Sekarang saatnya kamu bisa mempunyai penghasilan sendiri, dari usahamu sendiri pula. Pastinya menyenangkan ya.
Kita bekerja memang untuk tujuan mendapatkan imbalan atas apa yang sudah kita kerjakan, atau jasa kita. Itu yang disebut gaji. Seberapa besar? Ya, itu sih relatif, karena akan tergantung banget dengan lokasi kita kerja, apa jenis pekerjaan kita, apa saja wewenang kita, endebre endebre.
So, buat yang kemaren liat yang viral di Twitter, yang bahas (lagi-lagi) soal gaji gede, jangan terpengaruh. Gaji is more than numbers. Gaji itu enggak cuma angka doang, tapi ada banyak komponen yang memengaruhinya.
Yang penting lagi, bagaimanakah kamu–terutama kamu, para first jobber–mengelola gaji kamu tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga untuk menjamin masa depanmu sendiri.
NAH! Ini nih, banyak dari first jobber yang enggak peduli soal pengelolaan gaji pertama ini. Ngertinya cuma, “Hore, dapat uang dari hasil kerja!” Yang dulu pas kuliah pengin smartphone atau laptop canggih, langsung deh kebayang beli yang baru.
Tanpa nyadar, bahwa di depan sana tuh, masih ada jalan yang panjaaang nan berliku. Tsah. Udah panjang dan berliku, burem lagi! Nggak jelas!
Siapa sih yang mau madesu–alias masa depan suram? Nggak ada kayaknya. Penginnya sih ya masa depan cerahlah. Muda foya-foya, tua kaya raya.
Nah, kamu tahu enggak sih, bahwa salah satu cara untuk menjamin masa depan kita enggak surem itu adalah dengan mengelola keuangan pribadi kita dengan baik?
Coba deh, apakah ada dari kamu–para first jobber–yang melakukan kesalahan finansial berikut? FYI ya, kesalahan finansial ini memang khas dilakukan oleh first jobber, jadi, yaqin deh. Pasti banyak yang ngerasa nih sekarang.
Karena saya juga melakukannya dulu. So, you better read this, supaya kamu enggak melakukan kesalahan finansial yang sama juga. Belajarlah dari kesalahan orang lain!
7 Kesalahan finansial yang sering dilakukan oleh first jobber
Nggak punya tujuan keuangan
Ini dia kesalahan finansial pertama yang sering banget kejadian sama para frist jobber. Bahkan mungkin ada yang enggak tahu, tujuan keuangan itu apa?
Ibarat sebuah perjalanan. Kamu mau pesan ojol untuk pergi ke suatu tempat. Untuk memanggil driver, maka kamu harus menentukan dulu tujuanmu pergi ke mana. Lalu tentukan pick point, lalu baru deh si babang ojol datang.
Nah, begitu juga dengan hidup. Kamu sebenarnya pengin hidup ke depan itu seperti apa sih? Ini dia yang nanti akan menjadi tujuan keuangan.
Misalnya, kita coba yang mainstream aja deh. Kita bayangkan, hidup kita tuh nantinya akan menikah, punya anak, lalu pensiun. Nah, dari sini sudah kelihatan dong, kalau kita bakalan butuh biaya untuk menikah, biaya untuk anak (di dalamnya ada dana pendidikan yang nggilani banget besarnya), hingga butuh dana untuk menikmati masa pensiun.
So, itu dia tujuan keuangan kita. Dan tujuan ini harus dirumuskan sejak awal kamu bekerja dan mulai punya penghasilan sendiri. Supaya apa? Supaya hidupmu terarah.
Tujuan keuangan apa sih yang paling penting untuk kamu rumuskan terlebih dahulu, sebagai seorang first jobber?
- Dana darurat
- Dana untuk anak
- Dana rumah pertama
- Dana pensiun
Banyak ya? Terus, sampai di sini, ada yang belum punya tujuan keuangan juga?
Nggak punya tabungan, apalagi dana darurat
Buat apa sih punya tabungan? Dana darurat itu apa?
Well, apakah kamu tahu apa yang akan terjadi besok? Bulan depan? Tahun depan? Apakah kamu yakin, semuanya akan berjalan baik-baik saja, lancar dan mulus semuanya?
Nggak 100% yakin, pasti kan? Yaeyalah, siapa memangnya yang bisa menjamin hidup selalu lancar? Keenakan banget dong.
Seumpama nih, nanti sakit, harus ke dokter–bahkan rawat inap–dan asuransi dari kantor belum bisa diklaim, terus mau bayar pakai apa, kalau enggak punya tabungan atau dana darurat?
Jangan jawab utang ya!
Tabungan itu penting, terutama yang dialokasikan sebagai dana darurat. Namanya ‘dana darurat’ ya pastinya adalah dana yang dipergunakan hanya saat ada keadaan darurat. Misal ada musibah, sakit, keperluan mendadak yang mahapenting, atau kena PHK dadakan *amit-amit tapi ya* … semua itu akan bisa diselamatkan dengan adanya dana darurat.
Jangan bilang midnite sale di dept store termasuk dalam kondisi darurat lo ya.
So, bikin segera dana daruratmu sekarang. Enggak harus langsung banyak juga kok, apalagi kalau kamu masih single. 3 x pengeluaran bulanan juga cukup. Tapi, meski hanya segitu, kalau enggak diniatin nabung, ya kapan bisa kekumpul?
Ngutang is lyfe
Nah, ini nih. Kesalahan finansial first jobber ketiga yang sangat parah.
Ada lo, yang bilang, “Hidup kalau enggak punya utang itu, adrenalinnya nggak mengalir. Nggak termotivasi untuk kerja keras.”
Wah, kalau gini mah beneran deh, ngutang is lyfe. Padahal utang itu bisa menjebak banget lo. Tahu enggak, jenis-jenis utang yang sering membelit para karyawan–termasuk first jobber–yang bisa banget bikin kacau keuangannya secara keseluruhan?
- Utang kartu kredit, karena mendadak berasa punya kartu ATM tanpa nabung.
- Kredit barang konsumtif atas nama arisan, misalnya arisan panci, yang seharusnya harganya Rp500.000, akhirnya dijadiin arisan Rp50.000 selama satu tahun. Akhirnya jatuhnya berapa dong itu panci?
- Utang KTA–lebih parah lagi, pinjol ilegal. Cepat, mudah, tanpa jaminan. Memang menggiurkan. Enggak kerasa, sampai ngutang ke 15 pinjol!
- Utang teman, yang akhirnya pas waktunya ditagih, yang ditagih jadi lebih galak ketimbang yang nagih.
Bagi sebagian orang, berutang memang menjadi solusi untuk mendapatkan uang dengan mudah dan cepat. Namun, hati-hati, mendapatkan uang dengan meminjam berarti kita juga harus mengembalikannya. Termasuk uang.
Merasa mandiri, padahal enggak
Pada umumnya, first jobber itu masih tinggal bersama orang tua. Kalaupun sudah menyewa kos atau apartemen sendiri, ya biasanya juga masih disokong oleh orang tua. Kadang, juga masih menerima uang jajan bulanan.
Enak sih memang. Kayaknya enggak akan kekurangan uang, apa pun kondisinya.
Tapi awas, bisa jadi keenakan loh. Dan akhirnya lupa untuk benar-benar menjadi mandiri. Awas, nantinya enggak bisa (atau terbiasa) untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Nggak ngerasain mesti dibelain lembur demi bayar tagihan listrik dan telepon.
Jika suatu saat nanti, kamu harus hidup sendirian, kamu juga yang akan ribet kalau terbiasa disokong.
Belum paham pentingnya asuransi
Kan udah otomatis jadi peserta BPJS Kesehatan? Iya sih, tapi yakin cukup? Memang BPJS Kesehatan punya semua kriteria asuransi kesehatan yang baik. Tapi, ada beberapa hal juga yang menjadi kekurangannya.
Salah satunya adalah prosedur rujukan berjenjang, dan antreannya yang luar biasa. Sudah pernah mempertimbangkan untuk menambah asuransi kesehatan swasta?
Atau, sudah pernah mempertimbangkan untuk punya asuransi jiwa? Bisa dibaca deh, apa pentingnya mempunyai asuransi jiwa di artikel yang lalu.
FOMO
FOMO–alias fear of missing out–takut kudet, kuper, dan segala macam ketinggalan lainnya. Takut nggak ngehits, nggak kekinian, dan takut nggak eksis.
Makanya, kalau ada teman ganti tas LV ya harus punya tas juga yang lebih branded dong. Kalau Iphone seri terbaru dilaunching, ya harus antre paling depan dong.
Wih, teman-teman pada pamer foto kopi susu kekinian, ya harus ikutan beli kopi susu dong. Wah, ini orang-orang pada makan di kafe, masa kita cuma makan di kantin mulu ya?
Yah, semacam itulah. So-called lifestyle, tapi bikin dompet ambyar seambyar-ambyarnya.
Keinginan untuk diakui, dan eksis seperti ini memang bahaya sih kalau berlebihan. Kalau kek gini caranya, mau gaji berapa pun enggak akan cukup deh.
Merasa belum waktunya mikirin pensiun
Sebagai first jobber yang baru juga mulai kerja bulan ini, masa udah mesti mikirin pensiun sih?
Ya, itu dia. Balik lagi ke poin pertama sih. Memangnya hidup mau gini-gini aja? Jalan di tempat? Nggak bisa, Ferguso. Yang namanya waktu itu jalan terus, mau kita terima apa enggak. Akan tiba saatnya nanti, kita enggak bisa kerja lagi, karena sudah capek, sudah tidak sesigap dulu, atau merely karena sudah merasa cukup.
Saat memasuki masa pensiun, kita enggak akan punya gaji lagi. Ya, mungkin ada sih sebagian dari kita yang masih bisa produktif. Tapi, ya mau seberapa sih? Usia nggak bisa bohong kok, pada akhirnya.
Seenggaknya, mungkin kita enggak capek fisik saat tua nanti, tapi ya masa mau kerja seumur hidup? Saya sih nggak mau.
Itu dia pentingnya menyiapkan dana pensiun. Dan jumlah dana pensiun ini bisa mencapai miliaran rupiah lo!
Jadi, kamu masih melakukan berapa kesalahan finansial di atas, wahai para first jobber? Semoga enggak sampai semuanya ya!
Kalau sudah tahu kesalahanmu, ayo, segera cari solusinya kuy!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.