Kenapa sih tujuan finansial itu penting? Kenapa kita mesti punya financial goals?
Well, ini bisa diibaratkan kayak kita mau pergi ke suatu tempat pakai ojek online. Sebelum manggil babangnya, kita perlu set dulu tujuannya kan? Mau pergi ke mana? Setelah itu, pilih pick up point. Baru deh, bisa manggil babang ojol.
Kebayang enggak, kalau kita manggil babang ojol, terus pas babangnya dateng, kita akan ditanya, “Mau pergi ke mana, Mas/Mbak/Kak?” Jawabnya, “Ke mana aja deh, Bang. Pokoknya anter aja.”
Lah, kan bingung? Bisa seharian, muter-muter nggak keruan kan? Orang tujuan aja nggak jelas.
Ya, kayak gitu juga kalau kita enggak punya tujuan finansial. Nyari duiiit aja terus, terusnya enggak tahu mau diapain. Iya, sih buat memenuhi kebutuhan pribadi sehari-hari. Tapi, cyint, hidup kan panjang ya? Siapa yang jamin kita bisa kerja terus? Dan, emangnya mau kerja terus selamanya?
Karena, ya lama-lama bisa terdemotivasi. Ya ampun, kerja buat apa ya? Capek iya, tapi kayak nggak ada yang dinikmati. Padahal, kondisi hidup kita bisa naik dan turun. Pas turun, enggak ada duit sama sekali–meski utang juga enggak ada. Kayak hidup dalam kegelapan–lebay ya? Tapi beneran tuh. Kejadian sama saya soalnya.
So, kalau ada yang masih bingung, tenang. Siapa pun mungkin pernah mengalami yang serupa. Berikut ini ada beberapa tujuan finansial di mana kamu bisa mulai dulu. Nah, untuk “jalan”-nya, kali ini sih mau kasih alternatif reksa dana dulu, secara ini adalah investasi yang paling cocok untuk pemula.
(Kita anggap, yang baru mau punya tujuan finansial berarti juga baru pertama kalinya mau investasi, yes? Iya, saya juga dulu gitu.)
Jadi mari kita lihat.
5 Tujuan Finansial yang Bisa Dipenuhi Dulu dan Reksa Dana Apa yang Cocok untuk Investasinya
Dana darurat
Namanya dana darurat, ya berarti dana yang bisa dipakai kalau lagi kondisi darurat. Darurat apa?
Yah, namanya hidup, kadang kita kena musibah. Iya nggak? Misalnya, kena PHK. Nah, untuk 3 bulan ke depan–misalnya–kita akan butuh dana darurat buat hidup, karena kan belum tentu bisa langsung dapat kerjaan lagi.
Atau mendadak sakit, dan karena satu dan lain hal enggak bisa tercover asuransi atau BPJS. Dana darurat bisa dipakai. Atau, sesepele buat nyervis laptop yang rusak. Tanpa laptop nggak bisa kerja kan?
Seberapa ideal kita harus punya dana darurat?
Enam kali pengeluaran rata-rata
Untuk bisa membantumu memenuhi dana darurat ini, kamu bisa memanfaatkan Reksa Dana Pasar Uang. Imbalnya bisa sampai sekitar 6 – 8% per tahun. Cukup stabil menghadapi inflasi–ketimbang tabungan dan deposito–relatif aman karena risiko kecil, dan kalau butuh, pencairan juga cuma butuh 1 – 2 hari aja. Nggak perlu nunggu jatuh tempo kayak deposito.
Cara hitungnya, misal sekarang rata-rata kita butuh Rp5.000.000 untuk biaya hidup sehari-hari. So, kita akan butuh dana darurat sebesar Rp15.000.000, dengan target waktu 2 tahun mesti terpenuhi. Jadi, menurut simulator investasi, kita bisa mulai dengan tabungan awal Rp800.000, dan tambahan tabungan Rp600.000 setiap bulan. Dalam waktu 2 tahun, tabungan kita akan mencapai Rp15.546.000.
Cukup deh buat dana darurat para singles!
Rumah
Bagaimana dengan kamu yang pengin punya rumah sendiri? Ini bisa banget dijadikan tujuan finansialmu juga. Masih bisa tinggal dengan orang tua? Sampai kapan? Nunggu rumah diwariskan? Hmmm … kayaknya mendingan mandiri deh ya. Rumah itu mau enggak mau jadi simbol kemandirian lo!
Jadi, ayo, segera rencanakan untuk punya rumah sendiri.
Nah, permasalahan besarnya adalah, bayarnya gimana? Well, ada opsi KPR kok.
Tapi, beli KPR kan berarti kita harus nyiapin dulu DP-nya. Untuk DP KPR ini juga enggak ringan. Rata-rata mematok minimal 15 – 20% untuk down payment kredit rumah ini. Kalau harga rumahnya Rp1 M, berarti setidaknya kita mesti punya DP Rp200 juta. Namun agar aman, maka coba deh di push biar punya duit paling enggak 50% harga rumah biar ga susah bayar cicilannya.
Kalau sudah begini, harus dibantu dengan investasi Reksa Dana Saham. Dengan imbal yang lebih besar daripada produk reksa dana yang lain, maka kita bisa perhitungkan lo.
Misal dengan gaji Rp10 juta, kita bisa investasi sebesar Rp2 juta setiap bulannya. Maka–dihitung dengan kalkulator simulasi reksa dana milik salah satu manajer investasi ya–dalam waktu 5 tahun, kita bisa mengumpulkan total tabungan Rp120 juta, plus ada keuntungan Rp63 juta. Total kita akan punya uang sebesar Rp183 juta.
Buat nambah sisanya supaya bisa jadi Rp200 juta, tentu sudah enggak terlalu berat lagi bukan? Yash!
Dana Pendidikan
Dana pendidikan anak ini semacam “nightmare” buat orang tua mana pun. Kenaikan inflasi untuk sekolah-sekolah dasar dan menengah rata-rata adalah 12% setiap tahunnya, sedangkan untuk kuliah 10%. Ini asumsi dan perkiraan ya. Ada sekolah yang kenaikannya sampai 25% setiap tahunnya.
So, penting untuk diketahui dulu kenaikan dana pendidikan ini. Kalau bisa, enggak hanya uang pangkal sekolah saja yang perlu dihitung ya. Ada biaya lain-lain juga kan? Apalagi kalau sekolahnya lain kota. Ada uang kos, uang makan, endebre-endebre.
Untuk bisa menghitung kebutuhan, kita mesti memetakan jangka waktu. Mau membuat perencanaan untuk semua jenjang, ataukah hanya S1 saja (mungkin yang SD, SMP, sama SMA mau di negeri saja yang bebas SPP).
Kalau si kecil sekarang masih 2 tahun, dan mau merencanakan dana pendidikan untuk S1, maka proyeksinya untuk 17 tahun lagi. Hitung dengan pertumbuhan inflasi sekitar 10%. Keuntungan berinvestasi sejak dini adalah kita bisa mengambil keuntungan dari waktu yang lebih panjang.
Kalau jangka waktunya mefet, ya mesti kerja keras menyisihkan lebih banyak dana setiap bulannya.
Biaya kuliah saat ini (rata-rata Rp100 juta – Rp150 juta) dan asumsi inflasi 10 – 12%, maka ketika si anak sudah mulai kuliah nanti akan butuh dana minimal Rp500 juta – Rp1 miliar untuk kuliah.
Dari sini, kita bisa menghitung, mesti nabung berapa juta untuk “mengejar” kebutuhan dana tersebut.
Misal, kita ambil Reksa Dana Saham, melalui simulator investasi reksa dana milik sebuah manajer investasi, dengan tabungan awal Rp20.000.000 dan tabungan Rp3.000.000 per bulan, maka Rp500 juta akan bisa dipenuhi dalam jangka waktu 17 tahun.
Dengan Reksa Dana Campuran, dengan nominal dan waktu yang sama, total tabungan dan keuntungannya bisa sampai Rp1.148 M.
Nggak harus menghitung secara total juga sih sebenarnya. Misalnya, cuma mau investasi buat uang pangkal saja. Taruhlah untuk masuk SMP butuh Rp25.000.000. Sedangkan si anak sekarang masih di kelas 3 SD, jadi waktunya masih 3 tahun lagi untuk masuk SMP. So, dengan Reksa Dana Pendapatan Tetap dan tabungan awal Rp2.000.000, serta tambahan investasi setiap bulan sebesar Rp750.000, maka dalam 3 tahun uang hasil investasi bisa sebesar Rp 28.275.000.
Not bad huh?
Dana Pensiun
Dana pensiun ini juga salah satu tujuan finansial terbesar dan terpenting, kurang lebih kayak dana pendidikan–seenggaknya menurut saya, yang seorang pekerja lepas. Butuh dana superbesar, yang kayaknya enggak bakalan bisa dicapai kalau kita cuma mengandalkan tabungan doang.
Mesti investasi deh. Enggak bisa enggak.
Konon, untuk bisa hidup nyaman seperti saat masih produktif, seorang pensiunan seenggaknya harus punya uang 70% dari uang gaji terakhirnya sebelum mulai pensiun. Jadi, misal gaji terakhir adalah Rp10.000.000, maka ia harus punya uang Rp7.000.000 untuk hidup sehari-hari.
Sekarang, uang pensiun mana yang bisa ngasih Rp7.000.000 per bulan, kalau enggak hasil dari bisnis ataupun investasi? Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan aja paling banter cuma bisa diterima 38% dari gaji terakhir lo!
Gimana caranya menghitung kebutuhan dana pensiun ini?
Pertama, pastinya menentukan dulu besaran dana pensiun yang akan kita butuhkan untuk hidup di masa paska kerja nanti. Taruhlah kita akan pensiun di usia 60 tahun, dengan harapa hidup 20 tahun. *amin!* Berarti kita akan butuh uang untuk hidup selama 20 tahun itu kan?
Jika kebutuhan hidup kita Rp5.000.000/bulan, maka sudah bisa dihitung tuh, total selama 20 tahun kita akan butuh berapa duit untuk bisa pensiun sejahtera. Kalau enggak salah itung nih ya, kita akan butuh kira-kira Rp1,2 M untuk hidup sampai mati.
Memang, saat pensiun nanti, beban kita juga akan lebih ringan sih, karena enggak lagi nanggung anak-anak (karena mereka semua diasumsikan sudah mandiri), dan kadang kita juga masih ada yang produktif dapat uang dari hobi atau bisnis. Ya, ini bisa jadi faktor pengurang sih. Tapi enggak bisa dijamin juga kan?
Nah, dengan kebutuhan yang Rp1.2 M itu, kita pun bisa proyeksikan lagi dengan Reksa Dana Campuran ataupun Reksa Dana Saham, yang imbalnya lebih besar dan jangka waktu lebih panjang.
Dana liburan
Merencanakan tujuan finansial seperti liburan juga boleh lo. Atau mau nonton konser penyanyi idola yang mau mampir ke negara tetangga tahun depan? Boleh juga. Atau sekadar mengincar Macbook Air terbaru?
Cara menghitung kebutuhan investasinya juga sama. Harus ada “judul” dan tujuan dulu. Kita ambil misalnya mau liburan ya? Rumuskan dulu, mau liburan ke mana, butuh dana berapa, dan kapan mau direalisasikan? So, segera bikin itinerary, dan tentu saja survei.
Misalnya, mau liburan ke Jepang. Ngeliat itinerary di sebuah blog panduan perjalanan, untuk berlibur ala backpacker ke Jepang selama 7 hari kira-kira akan butuh Rp12.000.000. Kita pengin berangkat tahun depan nih. So, mesti dibantu sama investasi biar dananya cukup. Sementara kita baru punya duit Rp2.000.000 aja sekarang, tapi bulan depan mau niat menyisihkan uang Rp1.000.000 setiap bulan untuk ditabung di reksa dana.
Via simulasi perhitungan dari salah satu manajer investasi, dengan reksa dana pasar uang, kita bisa mendapatkan Rp13.456.000 di akhir investasi tahun depan. Masih sisa buat beli oleh-oleh, yes?
Semua perhitungan di atas dipenuhi dengan angka-angka asumsi ya? Jadi, untuk realnya, silakan melakukan survei masing-masing. Yang penting, dalam merumuskan tujuan finansial itu, harus ada “judul”, nominal sekarang, dan jangka waktu. Setelah dikalkulasikan dengan mempertimbangkan inflasi, maka ketemulah nominal akhir.
Dengan berbekal nominal akhir ini, kita bisa mencari investasi reksa dana yang paling tepat. Gampang kan?
Gampang. Tinggal PRnya aja; ngumpulin duit. *tiba-tiba mabok lagi*
Selamat berhitung!
Penulis
Carolina Ratri berprofesi sebagai Marketing Communications Specialist di Stilleto Book. Bergabung menjadi penulis website Diskartes.com sejak Juni 2019.