Assalamualaykum influencer!
Saya lagi terinspirasi karena ada beberapa influencer kondang yang follow akun instagram Diskartes, well sebuah kewajiban untuk follow kalau kalian masih mau baca tulisan di blog. Haha!
Siapa coba anak muda yang enggak mau menjadi selebgram, influencer, atau youtuber. Bayi baru bisa ngomong aja sudah bercita-cita menjadi macam mereka. Dalam bayangan kita ini, kaum influencer pasti berduit. Lha untuk menggunakan jasa mereka aja berjuta-juta sekali foto atau video.
Tapi namanya hidup, apa yang dilihat belum tentu seindah yang dirasa.
Tidak sedikit kawan-kawan yang amburadul dalam mengelola arus keluar masuk duit. Akibatnya meski penghasilan “dirasa” besar, tapi hasilnya belum optimal.
Artikel kali ini akan membahas strategi investasi untuk influencer, mudah-mudahan bisa dibagikan juga ke follower mereka sehingga literasi keuangan di Indonesia membaik. Bukan asal investasi yang berujung kerugian atau justru investasi bodong!
Bagaimanapun juga influencer adalah orang yang paling bertanggung jawab atas followernya. Jadi kalau yang mereka bagikan bermanfaat, tentu akan berdampak berkali lipat, begitupula sebaliknya jika justru menjerumuskan.
Strategi Investasi Untuk Influencer
1. Rekening khusus untuk bisnis
Mereka yang menjadikan instagram atau youtube sebagai ajang penghasilan, seharusnya memperlakukan dengan profesional juga. Oleh karena itu, langkah pertama paling gampang adalah dengan membuat rekening khusus untuk bisnis. Nanti setiap pemasukan dan pengeluaran uang harus melalui rekening ini, bukan yang lain. Jangan pernah mengotak-atik rekening khusus, selain untuk kepentingan usaha!
Trus aku makan apa Kakanda kalau rekening khususnya ga boleh disentuh?
Nah mulailah belajar konsep menggaji diri sendiri, tentukan besaran gaji yang memang layak Anda dapatkan dan harus sesuai dengan skala bisnisnya. Misal sebagai freelancer mendapat penghasilan per bulan Rp15 juta. Kan enggak mungkin menggaji diri sendiri sebesar lebih dari itu, katakanlah Rp20 juta.
Kenapa saya minta Anda untuk menggaji diri sendiri? Karena itu dibutuhkan agar kalian punya target minimum, sehingga semangat kerjanya.
2. Pengembangan Bisnis dan Portofolio
Setiap bulan penghasilan yang diterima pasti fluktuatif, entah sedikit atau banyak bedanya. Nah jika uang masuknya melebihi gaji, mulailah berpikir untuk mengembangkan bisnis atau portofolio.
Saya ambil contoh gini deh, rata-rata penghasilan bulanan Rp14-16 juta dan Anda mengambil gaji Rp13 juta sebulan. Kemudian ada momen ternyata penghasilannya tembus Rp25 juta. Jangan ambil gaji meningkat tajam juga seperti Rp20 juta, kalaupun naik ya kisaran Rp15 juta. Sisanya gunakan untuk memperbagus portofolio atau memperluas usaha.
Misalnya kalian influencer travelling, coba deh ikut kelas fotografi, bikin pameran foto sendiri, atau membuat project yang benar-benar baru. Permisalan lain influencer fashion, kenapa tidak coba mencipta clothing line? Belajar design dan sebagainya.
3. Memikirkan Dana Pensiun
Bisa dibilang dana pensiun agak tricky untuk para freelancer dan influencer. Jadi kalau karyawan tinggal ongkang-ongkang kaki abis purna tugas sambil menikmati uang pensiunan, si freelancer enggak dapat. Perusahaan mana yang mau kasih pensiunan ke dia?
Tapi sebetulnya jika di breakdown, sama aja. Karena uang pensiunan karyawan kan juga dari penghasilan mereka per bulan yang dipotong. Makanya untuk mensiasati pensiunan freelancer, yaitu dengan mengutip pemasukan per bulan.
Cara agar lebih presisi adalah dengan mempertimbangkan harapan hidup. Jadi kapan Anda akan berhenti bekerja, kemudian setelah berhenti kerja kira-kira harapan hidupnya berapa tahun? Pada masa mendatang dihitung menggunakan future value untuk menilai kebutuhannya. Setelah itu baru ditarik berapa yang dibutuhkan saat ini. Well, saya sudah menuliskan persoalan ini lebih detail di lika-liku dana pensiun, simak!
4. Utang
Perkara utang perlu digaris bawahi karena sangat berbahaya, terutama bagi freelancer dan influencer. Saya sering bertemu orang dengan pola pikir begini,
“Gapapa ah, gue mau ngutang untuk bisnis. Kan utang produktif.”
atau
“Gue influencer, mau utang buat beli kamera. Kan buat nyari duit”
Jangankan orang yang pendapatannya fluktuatif, lha untuk karyawan bergaji tetap aja selalu saya bilang agar sebisa mungkin menghindari utang. Karena utang adalah beban dan berpotensi menghambat produktivitas individu, dimana kalau salah strategi bisa bikin bangkrut.
Terlebih untuk freelancer, kegagalan karena berutang memiliki dampak negatif berkali lipat lho. Misal Anda sebenarnya sudah punya kamera smartphone untuk foto, kemudian berutang Rp10 juta buat beli kamera mahal dengan harapan job makin laris. Ternyata job berkurang dan cicilan kamera tadi engga kebayar. Bisa jadi kamera tadi kejual dengan harga murah, rugi dua kali kan? Lain ceritanya kalau bersabar nunggu duit untuk beli kamera tersebut.
Ingat, investasi dengan berutang merupakan tindakan yang tidak tepat.
5. Dana-Dana Standar
Sudah pada tahu kan dana yang biasa dialokasikan orang selain dana pensiun, ada dana darurat, asuransi, tabungan apresiasi untuk liburan. Nah selayaknya pegawai kantoran, kalian para influencer juga seharusnya mengalokasikan dana seperti itu. Tapi ingat, ngambilnya jangan dari rekening bisnis ya. Jadi dari gaji yang kalian dapatkan seperti poin 1, baru membaginya ke masing-masing dana tadi.
6. Warisan
Banyak orang males ngomongin ini karena kesannya “menakutkan”. Padahal percaya atau enggak, poin ini penting banget terlebih bagi freelancer. Belum tentu keluarga “ngeh” dengan pekerjaan Anda, sehingga bila terjadi sesuatu akibatnya tidak ada yang bisa dimanfaatkan lagi. Lenyap tak bersisa.
Misalnya seorang influencer “kata-kata” yang memiliki follower 300k meninggal, tanpa mewariskan pekerjaan kepada istri atau anaknya. Sementara biasanya dia bisa memperoleh Rp5-10 juta per bulan. Sayang banget kan kalau tidak ada penerusnya? Coba kalau sang istri paham kerjaan suaminya, kan bisa mendapat penghasilan juga.
Untuk para freelancer dan influencer, coba deh pertimbangkan untuk mencatat beberapa poin berikut:
- Klien yang pernah diajak kerjasama
- Daftar utang-piutang, entah ke klien atau siapapun itu.
- Paling penting, simpan user dan password (blog, vlog, media sosial, dan lainnya). Simpan ke dalam box atau penyimpanan apapun itu, dan katakan kepada orang terdekat untuk membukanya hanya jika terjadi sesuatu pada diri Anda.
Saya tidak menggiring Anda untuk berfikir negatif, tapi berjaga agar jaringan yang telah dibentuk tidak sia-sia. Keluarga tersayang masih bisa memanfaatkannya.
7. Pendidikan Anak
Mengapa saya mengkhususkan dana pendidikan? Karena mau menekankan sekali lagi kesalahan strategi yang sering dilakukan. Banyak rekans yang mengambil asuransi pendidikan dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Ketika dicek ternyata tidak sesuai harapan, terus kecewa.
Saran saya, jangan mencampurkan antara investasi dan asuransi. Dana pendidikan memiliki goal yang berbeda dengan proteksi. Makanya untuk mengejar biaya sekolah anak, harus menggunakan instrumen investasi seperti saham, reksadana, atau justru berbisnis. Sementara uang asuransi harus “diikhlaskan” dan anggap saja sebagai uang hilang. Saya yakin jika kalian memaksa menggabungkan, akan mendapat hasil mengecewakan. Coba deh lihat pendapat saya tentang unitlink.
Kemudian cara menghitung dana pendidikan anak adalah dengan memproyeksikan di tahun berapa si kecil mulai bersekolah. Kalau misal masuk SD sekarang Rp10 juta, coba berapa yang dibutuhkan 5 tahun lagi? Jangan lupa menggunakan asumsi inflasi ya. Dari situ ketahuan bukan, uang yang harus diinvestasikan setiap bulannya dan instrumen yang cocok.
Well, mudah-mudahan cukup ya kupasan kali ini membantu kalian.
Wassalamualaykum wahai para influencer!