Assalamualaykum pecinta risiko tinggi!
Senang rasanya jika pasar saham sedang terjun bebas, asalkan sedang tidak memiliki posisi. Topik yang saya ambil kali ini adalah tentang fenomena trader yang menangkap pisau jatuh. Istilah orang bursa kepada manusia yang berani membeli saham saat harganya turun luar biasa.
Permisalan riilnya adalah saham AISA yang tumbang pada 21 Juli 2017, bisa dilihat pada grafik berikut.
Bagaimana jika seandainya Anda membeli saham AISA tersebut? Kalau beli di titik terbawah, maka sehari setelahnya bisa untung, tapi ternyata kenaikan tersebut palsu. Artinya semakin lama harganya semakin merosot karena masuk fase downtrend.
Menangkap pisau jatuh di pasar saham
Apa biasanya penyebab harga saham turun tajam?
Kita harus memahami bahwa ada udang dibalik batu atas setiap perilaku saham, terlebih kalau turunnya sedrastis pisau jatuh. Ada beberapa penyebabnya:
1. Laporan keuangan jelek
Perusahaan yang sedang bersiap mengumumkan laporan keuangan, merupakan makanan empuk bagi para penggoreng berita. Saat itu investor sedang menerka keuntungan perusahaan, dan kemungkinan pembagian dividennya. Ekspektasi mereka sudah terlanjur tinggi, kemudian ternyata. . .
Laporan keuangan perusahaannya tidak sesuai perkiraan investor, tercatat kerugian yang membengkak, beban meningkat sementara pendapatan stagnan, dan cerita lainnya.
Karena kaget, maka banyak investor yang buang barang (red. menjual), sehingga karena beramai-ramai, maka harga saham tersebut anjlok drastis.
2. Situasi ekonomi
Situasi ekonomi biasanya akan mempengaruhi bursa secara keseluruhan misalnya kenaikan suhu bunga The Feds kemarin, terus pelemahan rupiah, dan lainnya. Namun secara khusus di saham tertentu yang memiliki utang jangka pendek dalam mata uang dollar, potensi penurunan drastis akan sangat memungkinkan.
3. Teknikal
Bisa pula pisau jatuh karena kondisi teknikal, ketika titik support terlewati, akan sangat besar peluang harga saham meluncur drastis ke bawah mencari titik support berikutnya.
Percaya Diri atau Halusinasi
Kepercayaan diri memang perlu ada bagi trader yang hendak menangkap saham pisau jatuh. Tapi, ngasal nangkap juga berbahaya karena membuat portofolio kita berdarah-darah.
Ada sebuah fenomena “bias konfirmasi”, artinya kita sebagai investor saham downtrend tadi enggan menerima informasi yang tidak sesuai keinginan. Sebagai contoh adalah saham AISA yang sudah dikupas di atas, jelas penurunannya karena kasus beras. Tapi karena kita enggan mendengar ditambah saking percaya diri, tetap saja dibeli. Hasilnya saham terus melorot bahkan dibawah 200 perak.
Oleh karena itu, pendekatan paling logis ketika sudah memutuskan membeli saham yang turun drastis adalah dengan melakukan cut loss jika ternyata salah. Bukan terjebak pada “sunk cost fallacy” atau enggan mengakui bahwa pilihan tadi salah.
Misalnya saham AISA Rp 1000,- terus turun 20% menjadi Rp 800,- dan Anda sempat membeli keesokan harinya di harga 750. Ternyata besoknya masih turun lagi menjadi 600, artinya harga sudah turun 20% lagi dari 750. Maka akan sangat masuk akal jika Anda melakukan cut loss.
Saham apa yang boleh dibeli saat turun drastis?
Sebetulnya beberapa waktu yang lalu saya sudah sempat kupas mengenai apa yang harus investor lakukan saat kondisi saham yang tengah turun drastis. Nah ketika Anda memutuskan untuk tetap beli, maka pilihan saham menjadi krusial untuk meminimalisir risiko.
Apa saja yang harus Anda perhatikan ketika beli saham perusahaan yang turun tiba-tiba?
Pertama, Anda harus yakin bahwa TIDAK ADA tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan manajemen perusahaan. Misalnya korupsi, penipuan konsumen, dan perilaku lainnya. Ingat, selain dihukum oleh pengadilan, maka perusahaan akan dikenakan sanksi sosial oleh para investor. Tidak akan ada harapan rebound bagi saham yang manajemennya berlaku curang. Kalaupun ada, paling teknikal rebound yang bersifat sangat sementara.
Kedua, apabila penyebab turunnya dikarenakan situasi ekonomi global, maka menurut saya tidak akan jadi soal jika kita mencoba ambil saham-saham tadi. Namun jika ternyata ada situasi yang hanya mengancam bisnis tertentu, misal penurunan harga batubara di seluruh dunia, maka perlu hati-hati dalam mencari titik supportnya. Sangat disarankan jangan membeli saham tersebut lebih dulu, sampai jelas harga batubara akan bergerak di range berapa. Kondisi demikian berlaku pula untuk emiten dengan bisnis spesifik tertentu lainnya.
Ketiga, PASTIKAN laporan keuangan perusahaan tersebut dalam trend positif. Jika laporan tahun ini lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya, apalagi pendapatannya turun, maka akan lebih elok menghindari saham tersebut sambil mencari penyebab dibalik laporan keuangan.
Membeli saham yang jatuh memang berpotensi dapet cuan, jadi asal tahu strateginya ga masalah. Lihat aja saham PTRO di bulan Mei atau Juni 2016, ketika turun 20% dalam sehari. Toh pada akhirnya dapet untung juga di harga yang lebih murah.
Yang penting Anda paham dan ingat,
Semakin tinggi potensi profit, semakin tinggi pula risikonya. Dan risiko paling tinggi adalah ketidak tahuan.
Wassalamualaykum pecinta risiko tinggi!
johan mengatakan
di data ringkasan idx misal saham AALI :open , close, high, low, non regular volume, non regular value.
minta tolong mas, bagian non regular volume, non regular value. apakah di posisi buy , sell, atau offer , bid
makasih mas atas penjelasan dan bagi ilmunya
diskartes mengatakan
Kalau non reguler ga usah dipusingin mas. Yang penting cek aja harga tertinggi terendah di pasar reguler. Salam mas