Assalamualaykum orang yang kebanyakan rencana!
Mumpung lagi santai, saya mau ngupas sedikit tentang financial check up yang bisa dilakukan semua orang. Kalau dengar istilah ini, pasti preferensinya ke para perencana keuangan berbayar mahal. Tenang bro and sis, ini saya kupas agar kalian bisa melakukannya sendiri. Oh iya, jangan bilang saya seorang financial planner ya, nampaknya lebih condong ke investment planner.
Asumsi yang saya gunakan untuk memahami kesehatan keuangan individu adalah dengan pertanyaan:
1. Bagaimana utang Anda?
2. Bagaimana cashflow Anda?
Lihat, saya sangat menitikberatkan poin “utang”, karena asal muasal bencana di industri keuangan adalah utang, begitu pula dengan keluarga. Ketika utang sudah beres, baru deh kita berfikir yang lain mulai ketersediaan duit, dana pendidikan, sampai investasi tingkat tinggi.
Tapi yang pertama kita pastikan utang Anda sudah diamankan.
Cara membuat financial check up
1. Bagaimana posisi utang?
Orang bule ngitung menggunakan debt to asset ratio (DAR), atau dibolak balik. Intinya adalah membandingkan antara total utang yang dimiliki dengan asetnya.
DAR = Total Utang/ Total Aset
Anda punya utang ke penjual sayuran? Atau kartu kredit hingga ditagih debt collector? Lebih tinggi lagi beli yacht pake utang?
Totalkan semua utang, mau jangka pendek dan panjang, totalkan semua.
Sementara asetnya terdiri dari aset lancar dan tidak lancar. Aset lancar seperti kas, tabungan, deposito, obligasi, saham, dan lainnya yang mudah dicairkan. Sementara aset tidak lancar membutuhkan waktu pencairan, seperti asuransi, properti, atau kendaraan.
Misal ada seorang tua bernama Astera, dengan kondisi sebagai berikut,
Utang ke tukang sayur 10 juta dan utang rumah yang belum lunas 240 juta. Sementara asetnya adalah rumah senilai 400 juta, saham 50 juta dan duit di dompet 5 juta. DAR-nya berarti (10+240) / (400+50+5) = 54,9%
Dengan rasio DAR 54,9% berarti aset yang dimiliki seandainya dijual maka bisa menutupi utang. Tapi menurut saya, cara kerjanya tidak bisa sesederhana itu. DAR hanya menilai bahwa Astera punya harta yang cukup seandainya gagal bayar utang.
Untuk menilai kesehatan, saya lebih lega jika sudah lihat kemampuan bayar utangnya tiap periode, katakanlah setahun atau sebulan. Kita ambil contoh Astera tadi, ternyata diketahui gaji perbulan 13 juta, dan dapat honor dari pekerjaan sampingan sebagai blogger 2 juta sebulan. Dari total utang rumah, ternyata dicicil sebesar 5 juta perbulan. Disamping itu, dia memiliki pengeluaran rutin 3 juta dan lain-lain 2 juta. Nah disini kita akan gunakan penghitungan dengan Debt Service Ratio (DSR).
DSR = Komitmen utang/ Penghasilan setelah belanja rutin
Dengan asumsi pemasukan dan pengeluaran bulanan Astera, maka DSR nya adalah 5/ (13+2-3-2) = 50%.
Karena kita telah mengeluarkan kebutuhan primer, maka nilai 50% bisa dibilang fine-fine aja. Sisa setelah bayar utang dan kebutuhan rutin bisa digunakan untuk investasi dan belanja. Semakin kecil prosentasenya, akan semakin maknyus karena berarti investasi makin besar. Paham ya konsepnya?
Namun tentu kita perlu batasan. Saran saya jika sudah sampai 50%, maka itu uda lampu kuning dan Anda jangan cari pinjaman lagi. Sementara jika sudah menembus 75%, berarti ada yang salah dengan keuangan Anda!
2. Bagaimana dengan likuiditas?
Tadi sudah dibahas mengenai aset dan utang, sekarang kita akan bergerak ke dimensi yang lebih sempit. Bagaimanapun juga, kemampuan berbelanja seseorang ditentukan oleh berapa dia punya duit di dompet atau rekening. Nah kemampuan belanja tadi sebenarnya sudah ditampilkan secara tidak langsung di rumus DSR, tapi jika mau lebih spesifik boleh. Kita bikin rasio pendapatan (Income ratio) ya.
Income ratio = Penghasilan rutin/ Pengeluaran rutin
Seperti kasus Astera tadi, karena penghasilan rutinnya 15 juta dan total pengeluaran 10 juta, maka income rationya menjadi 1,5x.
Nah ternyata nih ya, dia bulan depan sudah enggak kerja lagi. Apakah kondisi keuangannya mumpuni? Coba Anda perhatikan data yang dimiliki,
Aset lancarnya ada yang kas dan saham, ditotal 50 (saham)+ 5 (uang di dompet)+ 15 (gaji) = 70 juta. Sementara pengeluaran rutinnya 10 juta. Jadi rasio kecukupan kas, atau kita sebut cash coverage ratio aja ya, sebesar. . .
Cash coverage ratio = Aset lancar/ pengeluaran rutin
CCR orang tadi berarti 70/10 sama dengan 7x
Jadi si bapak tua tadi bisa survive ga ngapa-ngapain selama 7 bulan bila ternyata sudah tidak bekerja lagi. Sehat ga?
Buat saya sih cukup.
3. Jangan lupa investasi yang cukup
Utang sudah beres, kemudian duit mencukupi, sekarang saatnya kita tengok simpanan yang berujung ke investasi. Bagaimana perlakuannya?
Sebenarnya ya tuan sekalian, kalau rasio utang dan rasio likuiditas aman, sudah dipastikan akan ada uang untuk tabungan atau investasi kok. Secara matematika pasti demikian, percaya deh!
Namun biar ada itung-itungannya, yauda kita pake investment ratio deh ya, didapat dari penghitungan satu periode variabel berikut (bisa setahun atau bulan):
Investment ratio (IR) = investasi/ penghasilan
Berkaca dari contoh di atas, ada penghasilan 15 juta dan pengeluaran 10 juta, berarti kan ada sisa 5 juta. Katakanlah yang ditabung sebesar 3 juta, berarti
IR= 3/15 = 20%
Indikator kesehatan ala Diskartes-nya sebagai berikut:
Apa yang harus dilakukan jika hasil financial check up nya jelek?
Setelah melihat hasil financial check up, ternyata ada yang mengeluh, “Duh, hasilnya jelek nih!”
Sebelum beranjak lebih jauh, saya akan sampaikan bahwa setiap orang berhak memiliki parameter masing-masing. Hal ini tentu pernah dibahas pas ngobrolin topik perencana keuangan. Alasannya sederhana, beda individu memiliki jenis kebutuhan dan pemasukan yang berbeda pula.
Tapi tetap perlu menjadi perhatian khusus, apabila parameter yang telah Anda tetapkan sendiri sudah dilanggar. Misalnya Income ratio telah Anda tetapkan 1,5x untuk ukuran ideal dan 1,3x sebagai parameter perhatian. Ternyata pada tahun 2018 realitanya 1,2x. Nah ini perlu jadi catatan khusus karena angka 1,2x sudah ditembus! Caranya ya Anda perlu mencari pemasukan tambahan karena berhubungan dengan rasio pendapatan.
Lain cerita jika karakter keuangan Anda sudah sangat sehat, berarti gizi untuk mencapai mimpi finansial bisa dimulai. Entah itu berencana untuk menikah lagi, membangun rumah kedua, dan lain sebagainya.
Nampaknya itu yang bisa kita kupas kali ini, sampai jumpa di lain kesempatan.
Wassalamualaykum orang yang kebanyakan rencana!