diskartes.com – Assalamualaykum pecinta risiko!
Untuk kesekian kalinya saya ditanya sama teman yang pingin mulai main saham. Beliau tanya begini,
“Mas Kartes, aku belum pernah mencoba investasi saham. Antara pengen banget tapi takut mencoba karena rugi. Ada ga sih saham yang tidak usah ngasih untung tinggi, tapi tidak bakalan rugi?”
Cukup maklum sebenarnya dengan model pertanyaan seperti itu, seandainya doi menanyakan hal serupa kepada Anda, bagaimana harus menjawabnya?
Prinsip utama yang wajib dipahami oleh semua investor adalah, tidak ada satupun hal di dunia ini yang benar-benar tanpa risiko.
Bahkan ketika Anda mulai berumah tangga pun tidak lepas dari yang namanya risiko. Bayangin aja ketika kalian para suami hidung belang, pas pulang kantor ga bawa duit. Bisa-bisa ga dibukain pintu kamar!
Apalagi sekarang yang kita bahas adalah langsung urusan duit, masih inget bukan bahwa Anda naroh duit di Bank saja akan terkena dampak inflasi yang menggerus nilai uang yang ditabung. Okay, sekarang kita kembali ke pertanyaan dasar tadi.
Apakah ada saham yang tidak memiliki risiko, meski profitnya tidak perlu tinggi?
TIDAK ADA!
Itulah gunanya manajemen risiko, mengajarkan kepada Anda cara untuk melakukan mitigasi risiko. Bukan menghindar loh ya, tetapi membuat penderitaan Anda berkurang lebih sedikit. Memangnya risiko main saham apa saja sih? Mari kita kupas satu persatu.
Risiko Investasi Saham
1. Risiko Kehilangan Uang 100%
What? Bisa kehilangan semua uangnya?
Betul sekali, ini adalah risiko paling tinggi yang bisa Anda alami. Meski jarang sekali terjadi, karena perusahaan yang Anda beli harus benar-benar bangkrut. Kebangkrutan perusahaan bisa terjadi jika gagal membayar utang yang terlampau besar, sementara produk bisnisnya tidak berjalan sebagaimana seharusnya.
Terutama ketika berinvestasi jangka panjang, poin tentang utang yang direpresentasikan dalam DER (Debt to Equity Ratio) harus diperhatikan betul. Karena ketika perusahaan dinyatakan pailit, maka aset yang dimiliki akan dijual untuk menutupi kewajiban-kewajibannya dulu. Pemegang saham mah dapetnya nomer-nomer akhir.
2. Risiko Fluktuasi Harga Saham
Namanya saja orang dagang, harga saham akan berubah-ubah mengikuti mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Tapi memang, risiko inilah yang dimanfaatkan oleh semua investor atau trader untuk meraih cuan dari selisih harga pembelian dan penjualan.
Ada dua jenis penyebab umum yang menyebabkan perusahaan mengalami penurunan harga saham, yaitu yang menyerang semua saham secara keseluruhan atau sering disebut risiko sistemik. Contohnya adalah kenaikan suku bunga atau kondisi politik, tidak peduli Anda di bisnis apa, pasti kena dampaknya.
Bahkan teknik diversifikasi saham tidak akan mampu menghalau risiko sistemik, karena semua saham kena serangan. Jadi, apa yang harus dilakukan? Wait and see!
Sementara risiko yang hanya menyerang saham tertentu biasa dibilang sebagai risiko non sistemik. Misalnya Anda memegang saham PTBA, maka hanya gejolak batubara lah yang mempengaruhi pergerakan harga saham tadi.
3. Risiko Tidak Mendapat Dividen
Bagi hasil dari perusahaan ke investor sejatinya ditunjukkan dengan dividen. Tapi karena terlalu kecil nilainya, kadang investor ritel kurang memperhatikan yang beginian. Padahal kalau ditabung sih lumayan juga.
Pernah rekan saya bertanya, setiap tahun investor dapet berapa sih sebenarnya dividen?
Ada konsep yang harus teman-teman sekalian pahami bahwa perusahaan TIDAK MEMILIKI KEWAJIBAN untuk membagikan dividen. Keputusan untuk memberikan atau tidak membagikan dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Jangan salah, tidak semua perusahaan yang mengambil keputusan untuk tidak membagikan dividen karena alasan yang jelek. Ada perusahaan yang memang sengaja memperluas usahanya, membangun infrastruktur, dan pembangunan lainnya dengan menggunakan duit yang sebenarnya bisa buat dividen. Tapi keputusan tersebut bisa jadi bagus karena akan meningkatkan performa perusahaan. Ujung-ujungnya juga bakal naikin harga saham investor. So, don’t worry!
4. Risiko saham di suspensi
Suspensi atau pemberhentian sementara juga bisa terjadi terhadap saham yang Anda pegang lhoh. Alasannya macam-macam, salah satu yang paling umum adalah apabila terjadi kenaikan atau penurunan yang terlampau tajam dalam BEBERAPA HARI.
Misalnya saham SRIL menyentuh auto rejection karena naik 25% dalam sehari, maka tidak ada tindakan apapun dari pihak bursa. Sementara jika saham SRIL menyentuh kenaikan tersebut selama beberapa hari, maka kemungkinan besar akan kena suspensi karena ada indikasi “permainan”.
5. Risiko delisting
Seorang investor bisa secara “terpaksa” menjual saham jika perusahaan akan dihapus dari Bursa Efek, namun tentu saja dengan kesepakatan. Yups, delisting atau penghapusan saham dari BEI bisa terjadi karena macam-macam hal, seperti misalnya kasus hukum yang menimpa perusahaan atau kinerja perusahaan yang terus menerus memburuk.
Teman-teman, itu adalah lima risiko yang sangat mungkin Anda hadapi jika berbisnis saham. Ingat, yang bertanggung jawab terhadap diri Anda bukan orang lain, melainkan Anda sendiri. Jangan salahkan orang lain, apalagi saya jika ternyata mengalami kerugian ketika nyemplung di bisnis ini. Well, jangan lupakan buku investasi saya dan good luck!
Wassalamualaykum para pecinta risiko!
elva susanti mengatakan
Segala sesatunya akan ada resiko yang harus dihadapi. MAkasih infonya.
Billy mengatakan
Saat yang tepat untuk investasi saham adalah saat kita berani untuk rugi, tapi kalau rugi terus terusan belajar dulu biar dapat Cuan konsisten , bisa anda coba beli buku investasi dari diskartes .. ?
diskartes mengatakan
Wew, makasih ya untuk supportnya. Semoga dapat cuan untuk trading-trading selanjutnya
Niki mengatakan
Salam hangat, Mas Diskartes.
Blog yang sangat menarik menurut saya. Saya sendiri adalah seseorang yang baru-baru ini melirik ke dalam dunia investasi. Apabila Mas Diskartes berkenan, ada sebuah pertanyaan yang ingin saya tanyakan.
Sebagai seorang investor pemula (dan melihat beberapa ulasan Mas Diskartes di blog ini), sepertinya reksadana merupakan investasi yang tepat bagi para pemula. Namun, goal awal saya yang sebenarnya adalah investasi saham. Beberapa orang menyatakan bahwa pembukaan reksadana bagi pemula dinilai tepat karena para pemula dapat belajar bermain saham melalui reksadana. Pertanyaannya; apa yang sebenarnya para pemula pelajari melalui reksadana (terlebih sebagai start point dalam bermain saham)? Bukankah seluruh dana yang kita investasikan jatuh sepenuhnya kepada manajer investasi? Dengan kata lain, para investor reksadana condong bersikap pasif dan tidak perlu melakukan analisis fundamental dan analisis teknis (yang sebenarnya sangat diperlukan dalam bermain saham).
Terima kasih atas waktunya, Mas Diskartes.
Sukses selalu.
diskartes mengatakan
Halo Mas Niki,
Saya menyarankan pemula investasi untuk naroh duit di reksadana, karena secara matematik lebih aman. TETAPI, saya tidak menyarankan orang yang mau bisnis saham belajar dari reksadana. Karena seperti yang Anda sampaikan, bahwa tidak ada korelasi pembelajaran dari bisnis saham dan reksadana. Bahkan saya tidak menyarankan seorang pemula untuk belajar saham dengan dummy money. Taste nya beda.
Oleh karena itu, selalu saya sampaikan bahwa belajar harus siap dengan kerugian terlebih dahulu. Biar feel nya dapet.
Demikian, semoga membantu
rika mengatakan
saya masih binggung untuk memilih saham apalagi masih pemula..sebenarnya lq45,blue chip atau saham gorengan itu apa??mana yang lebih bagus??
waktu itu saya coba buy mina,,entah knp saya tertarik sekali utk membeli nya karena pergerakkan nya cepat sekali..setelah saya mencari tahu dr saham tersebut pernah suspend dr pihak bei dan kemudian diberi lampu hijau kembali dr bei
baiknya apakah saya langsung sell saham tsb?
terima kasih
diskartes mengatakan
Saham yang harus dibeli adalah saham yang paling sesuai dengan karakter Anda.
Bahkan saham gorengan bisa membeli Anda keuntungan kalau Anda paham cara menggunakannya. Namun, saran saya dihindari saja dulu.
Saham seperti MINA memang berpotensi disuspend BEI karena pergerakannya tidak wajar. Kalau Anda masih belum paham membaca teknikalnya, lebih aman tidak usah dipegang. Kalau mau pegang, gunakan SL.
Rudi mengatakan
Bagaimana jika kita memiliki beberapa persen saham di suatu perusahaan yang mana perusahaan tersebut bankrut dan harus menjual aset-aset nya namun masih belum bisa menutupi hutang tersebut. Lalu apakah pemegang saham harus ikut menanggung/membayar hutang tersebut sampai lunas ?
diskartes mengatakan
Harus tertutup utangnya terlebih dulu, abis itu baru melihat pemegang sahamnya
Cahrum mengatakan
Sepertinya jawaban ini tidak menjawab pertanyaan Sdr. Rudi. Yg ditanyakan itu “bila penjualan aset masih kurang buat bayar hutang, apakah para pemegang saham harus merogoh kantong untuk ikut membayar sisa hutang yg belim terbayar kpd debitur?”
lucious666 mengatakan
nah sama nih, saya juga masih penasaran untuk jawaban dari pertanyaan ini. ini yang buat saya agak takut buat mulai invest saham
diskartes mengatakan
Silakan baca artikel yang ada di blog ini secara menyeluruh dulu. Kalau memang masih takut, tidak disarankan untuk masuk ke saham. Senyamannya aja