diskartes.com – Assalamualaykum pengamat saham! (Update November 2018)
Ketika sudah nyemplung di dunia pasar saham, pasti ada beberapa dari Anda yang mengernyitkan dahi sambil keheranan ketika melihat saham yang secara fundamental jelek, kemudian teknikal beberapa waktu sebelumnya juga ga bagus-bagus amat, tapi kok bisa naik drastis.
Biasanya abis itu ngobrol sesama trader dan bahasannya ga jauh-jauh dari seperti ini,
” Wah, saham X lagi digoyang nih. Kayaknya bakal dibawa bandar saham sampai ke Rp 500,- per lembar. Kalo diitung-itung uda sampe 120% dalam 3 bulan terakhir, hati-hati cuy. Jangan sampe ketinggalan gerbong.”
Ternyata seminggu kemudian obrolannya berubah
” Aduuuh, udah beli di Rp 498, eh diturunin sama si bandar saham sampai ke 300 perak. Rugi bandaaar nih!”
Siapa sih “bandar saham”, apa iya punya kuasa segitu kuatnya? Pemerintah aja ga bisa seenaknya gitu lhoh! Tapi please, jangan kaitkan dengan judi ya. Falsafahnya uda beda, dan nggak perlu kita bahas di sini.
Who the hell is “Bandar saham”?
Golongan bandar saham ini bisa satu orang, bisa sekumpulan orang, institusi keuangan, sepanjang mereka punya dana besar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Kumpulan mahluk-mahluk ini memiliki potensi untuk membuat harga saham undervalue ataupun overvalue.
Artinya begini, sebuah saham jika harga wajarnya adalah Rp 1.000,- per lembarnya, tapi gara-gara campur tangan bandar saham, maka dapat menjadi Rp 900,- ataupun Rp 1.100,-.
Kalau gitu enak jadi bandar saham dong, tinggal mainin harga trus dapat untung. Tidak semudah itu, karena ada dua hal yang perlu Anda pahami.
1. Dana yang besar
Untuk membentuk persepsi bahwa suatu saham memiliki nilai potensial di masa depan, maka si market maker atau bandar saham harus mengangkat harga saham tersebut. Syaratnya mutlak, yaitu harus memiliki saham mayoritas di bursa ataupun bisa mempengaruhi si pemilik saham mayoritas.
Jadi jelas, investasi yang harus dikeluarkan sampai umpan tersebut di makan oleh investor lainnya luar biasa besar. Nggak mungkin dong ya kalo nilainya cuma 100 juta bisa mempengaruhi pergerakan saham satu perusahaan.
2. Tidak semua saham bisa di”bandar”
Salah satu doktrin yang saya yakini bahwa masih ada saham-saham yang ga bakal bisa dipegang oleh bandar sekaya apapun, artinya murni mekanisme pasar. Saham tersebut adalah saham yang memiliki kapitalisasi besar macam grupnya Astra atau Sampoerna.
Kenapa demikian?
Karena selain dana yang dibutuhkan super besar, jikapun ada yang memiliki dana sebesar itu maka tidak mudah untuk menggerakkan pasar. Layaknya orang gendut, mau kesana kemari repot dan enggak lincah. Dana yang besar pun akan susah dimulai dari mengangkat harga sampai ke pendistribusian saham yang sudah dibeli.
Ingat bahwa ada otoritas bursa efek yang akan menyemprit saham yang sedang digoreng jika pergerakannya tidak wajar, dan pergerakan dana dengan jumlah masif akan mudah untuk dideteksi.
Mekanisme Kerja Bandar Saham
Kita pake cara sederhana aja ya, jadi ada dua fase ni dalam keseluruhan kerja sang bandar saham yang legendaris. Keduanya adalah fase akumulasi (ketika bandar mulai membeli saham) dan fase distribusi (ketika dilakukan penjualan saham ke bursa).
Proses ngumpulin saham biasanya dimulai dengan beli saham yang harganya sangat-sangat murah. Nah biasanya pula harga yang murah tadi dibarengin dengan isu-isu negatif seputar perusahaan incaran, dan belinya juga nggak langsung banyak karena akan memicu kenaikan signifikan.
Efek dari akumulasi ini kan bikin harga mulai naik tuh, biasanya di level ini mulai direspon oleh pasar retail. Kalo diliat-liat, mulai banyak deh kabar-kabar positif seputar perusahaan tersebut. Rencana dan proyeksi positif tentang perusahaan bertebaran di berbagai media.
Kenaikan harga saham berangsur digerakkan oleh mekanisme pasar secara normal, dan secara psikologis kenaikan ini menarik perhatian trader lainnya.
Ketika sudah dirasa cukup, maka masuklah ke fase berikutnya yaitu fase distribusi. Di fase ini, sang bandar mulai melepas kepemilikan sahamnya secara berangsur-angsur agar tidak menimbulkan kepanikan berlebihan yang justru merugikan. Percayalah ketika proses distribusi selesai dan harga saham tertekan di level terendah, maka nilai sesungguhnya dari harga saham itu baru akan terlihat.
Bagaimana caranya agar tahu saham terkena campur tangan bandar?
Kita pakai logika sederhana saja ya, soalnya kalo pakai ilmu tingkat tinggi, saya juga nggak bakal nyampai.
Ini juga ilmu yang saya dapat dari buku Bandarmology beberapa waktu silam dan perlu kalian ketahui bahwa bandar saham bisa menggunakan lebih dari satu sekuritas, tapi tidak terlalu banyak juga. Paling 2 atau 3 sekuritas.
Jadi begini sahabat, yang namanya sekuritas di Indonesia itu uda banyak bener, lebih dari seratusan perusahaan sekuritas uda terdaftar. Untuk melihat saham lagi ada potensi di “bandari”, maka kita bisa lihat sekuritas yang dominan di tabel buy atau sell.
Saya akan menyimpulkan sebuah saham dalam fase:
– Fase akumulasi: apabila di sisi buy hanya sedikit perusahaan sekuritas, tetapi di sisi sell tersebar ke banyak sekuritas.
– Fase distribusi: apabila di sisi sell hanya sedikit perusahaan sekuritas, tetapi di sisi buy tersebar ke banyak sekuritas.
Kemudian akan muncul pertanyaan selanjutnya,
Apakah kita harus menghindari saham yang digoreng?
Kalo mau main aman sih iya, hajar aja saham berkapitalisasi besar dan nongkrong di LQ-45. Saya juga sudah menuliskan tentang model saham blue chip khusus untuk Anda yang mau mengurangi tingkat risiko.
Tapi nggak selalu kita harus menghindarinya, karena ada kalanya mau nggak mau Anda harus bertemu dengan saham yang sedang digoreng.
Saya asumsikan bahwa Anda, para pembaca adalah investor ritel yang main sahamnya tidak akan mengganggu rencana sang bandar. Teknik menunggangi saham yang digoreng ini berbeda dari filosofi “beli ketika pasar bearish dan jual ketika pasar bullish”. Karena Anda harus mulai mengoleksi saham ketika sudah ada kecenderungan akumulasi saham dan ikut menjual ketika ada distribusi saham.
Berita Pom-Pom Saham
Selanjutnya tentang pom-pom saham.
Jebakan paling sering mendera investor ritel adalah berita pom-pom, artinya ulasan atas suatu perusahaan yang terlalu lebai. Pembuat beritanya bisa bandar atau bukan, karena untuk satu jenis saham, bisa ada dua berita lebai. Yang pertama mengajak beli, sementara lainnya menghimbau jual.
Saya akan berikan contoh saham TAXI, dimana pemberitaannya luar biasa masif pada bulan Maret 2018. Hampir di setiap media online, ada yang menceritakan bahwa saham TAXI akan di beli oleh Gojek sebagai bagian rencana back door listing.
Perhatikan berita di Google ini
Selama 4-5 hari, berita dari beberapa major media masih membicarakan “asumsi” akuisisi TAXI oleh Gojek. Itu belum ditambah asumsi yang dibuat orang-orang dalam grup-grup saham, akhirnya efek berantai.
Praktis sahamnya meroket dari Rp50,- menjadi sekitar Rp200,- an dalam tempo kurang sebulan
Tapi ada saja yang apes, yaitu ketika trader baru beli saham TAXI di harga Rp200,- sementara si bandar saham uda siap-siap pulang kampung alias buang barang. Alhasil tidak berapa lama terpaksa menanggung kerugian.
Bagaimana mengetahui saham sedang dipom-pom?
Pertama, Anda harus lihat saham tersebut berapa kali dibicarakan dalam satu tempo waktu. Apabila dalam sehari terlalu banyak pemberitaan positif, maka sangat potensi sedang dipom-pom. Biasanya juga pada detik-detik menjelang market dibuka nih, tujuannya mempengaruhi psikologis trader.
Kedua, biasanya dalam komunitas saham online ada beberapa orang sekuritas turut join. Nah kalian harus tahu ketika ada analisis yang dikeluarkan terlihat tidak masuk akal, ditambah beberapa waktu selanjutnya nge-push orang buat beli, maka saya asumsikan dia sedang pompom. Hati-hati!
Well, nampaknya sudah cukup lah ya.
Wassalamualaykum pengamat saham!
Gara mengatakan
Oh ini toh yang namanya goreng menggoreng saham. Kalau pemula macam saya mah sepertinya jadi ikan remora saja ya, ikut ke mana hiu menggiring, hehe. Membeli saham di titik terendah kemudian melepas di poin tertinggi tentu akan menghasilkan margin keuntungan yang paling besar–cuma saya pikir butuh pengalaman dan kejelian lebih untuk itu, selain tentu saja keberuntungan, karena melepas saham sebelum waktunya akan jadi belum matang, sedangkan digoreng terlalu lama bakal jadi gosong. Doh!
diskartes mengatakan
Kalo buat ritel kecil-kecil kaya kita mah emang cocoknya jadi remora aja Gaar..
Nah yang penting jeli baca polanya, kalo uda dapet pasti cuan kok.
Good luck yeee…
Abdu mengatakan
Nggak segampang itu keles. Banyak pemula yg kebakaran janggut. Ngarepnya mau nyopet gak tahunya dicopet. Wkwkwk. Cari aja saham yg sideway tunggu maksimal 2 bulan. Ada 2 kemungkinan hrg akan naik signifikan atau titik CL kita kena tp kalo udah naik tinggi banget. Sabar…
diskartes mengatakan
Terima kasih untuk tambahan inputnya.
edo mengatakan
Sangat menantang ternyata ya saham goreng ini, panasin minyak api sedang, lalu besarin api, lalu goreng, udah pada ngrubutin untuk ngantri, jual.. luar biasa mas broh artikel nya
diskartes mengatakan
Terima kasih mas edo buat apresiasinya..iya begitulah..dan sebenarnya masih ada teknik lainnya, tapi satu satu ya..
Tofan mengatakan
Emang lebih aman maen yang bluechip aja ya, kecuali punya pengetahuan lebih dan mental bagus juga. Tapi harus diakui menarik juga kalo bisa ikut gelombang goreng-menggoreng ini, hehehe… Kalo saya sih kadang suka ikutan, tapi dengan alokasi portfolio yg lumayan konservatif. Serem juga soalnya 🙂
diskartes mengatakan
Kalo ngomongin aman jelas di blue chip..sport jantungnya ga banget2..meski kadang ada juga.
Tapi klo mau nge swing ya musti coba juga third liner..hehehe
Maajid Jati Laksamana mengatakan
menurut saya tips and trik diwebsite ini sangat menarik apabila anda ingin menjadi mempelajari tentang finnace (Berinvestasi dengan baik)
silahkan kunjungi website di bawah ini
http://gi.gunadarma.ac.id/
tasya mengatakan
Permisi, ini bener ya :
“Saya akan menyimpulkan sebuah saham dalam fase:
– Fase akumulasi: apabila di sisi buy hanya sedikit perusahaan sekuritas, tetapi di sisi sell tersebar ke banyak sekuritas.
– Fase distribusi: apabila di sisi sell hanya sedikit perusahaan sekuritas, tetapi di sisi buy tersebar ke banyak sekuritas”
Pertanyaan, kenapa di fase akumulasi, sisi buy malah hanya sedikit sekuritasnya, dan kebalikannya?? tolong dijelaskan, terimakasih ya..
diskartes mengatakan
Di awal artikel sudah dikupas sekilas kan, bandar bisa menggunakan lebih dari 1 sekuritas. tapi tidak banyak amat, paling 2-3.
Secara sederhana, jika ada sedikit perusahaan sekuritas tapi yang menyerap banyak kan bisa berarti sedang ada fase akumulasi atau distribusi.
Nizhar Alif Eridani mengatakan
Nah, kang untuk mendeteksi siapa yang beli atau jumlah pembeli pada tabel buy itu biasanya pake aplikasi apa kang?
diskartes mengatakan
kalau lihat orangnya ga keliatan, tapi sekuritasnya keliatan.
salim mengatakan
terimakasih ilmu nya, kebetulan cari di google, artikel ini paling atas. ringkas dan jelas
diskartes mengatakan
Terima kasih ya untuk apresiasinya
ferry mengatakan
permisi mas mau tnyak ,kl untuk waktu
pengorengan nya kira2 berapa lama dan berapa perse
kira2 yang di goreng bandar mas?
diskartes mengatakan
Berbeda-beda mas.. Sangat tergantung kondisi pasar
sulton mengatakan
artikel yang sangat bermanfaat mas Diskartes, (kayaknye plesetan deskartes yak.. hehe)
jujur saya masih pemula soal gorengan saham ini mas, dan website mas deskartes ini sangat membantu sekali..
terimakasih ya mas
diskartes mengatakan
wehehe, itu nama asli saya mas
semoga membantu ya artikelnya. salam
aleco mengatakan
mas gimana kalau pada fase akumulasi maupun distribusi sama-sama terdapat hanya sedikit perusahaan sekuritas atau perusahaan yg sama?
diskartes mengatakan
Kalo hanya sedikit, hindari aja dulu. Apalagi kalau frekuensinya ga banyak.
Angelo Michel mengatakan
Mantap penjelasannya. Terima kasih Sir!
ferr mengatakan
di dunia saya, saya menyebutnya dengan “big boys”
Yusnardo mengatakan
artikel yang bagus, sangat membantu orang lain gan
diskartes mengatakan
thanks
newbie saham mengatakan
bang, di artikel salah satu poinnya untuk mengetahui gorengan dengan ngecek jumlah sekuritas pembeli. untuk melihat jumah sekurtias yang membeli dan menjual saham dimana ya bang?
*maaf newbie
muhamad mengatakan
Ritel selalu jadi korban ya, karena ketidaktahuannya. Ada alat untuk mengetahu ke mana bandar bermain?
Investasi saham mengatakan
Bagus nih artikelnya. Lumayan buat referensi kalau mau main saham