diskartes.com – Assalamualaykum pedagang dunia maya!
Obrolan kali ini akan membawa kita ke dalam dunia imajinasi, ketika pasar sudah hampir virtual semua. Duit berceceran di lantai bisa dianggap sebagai bagian sejarah, karena transaksi tinggal “klik”.
Si penjual mengirim dengan jasa ekspedisi yang dipesan dengan telepon, dan membayarnya dengan “klik” pula. Sedangkan pembeli, hanya menunggu barang datang di depan pintu rumahnya. Apakah khayalan 100%?
Wow, jangan salah Bung! Umat manusia sudah menuju kesana, produk fintech bertebaran dimana-mana. Startup di bidang lainnya seperti transportasi, makanan, kesehatan, bahkan jasa parkiran dengan media online menjamur dan sulit dibatasi. Memang yang paling sulit dibendung dari diri manusia adalah kreativitas, ketika dikekang maka anarkis tidak terelakkan.
Rangkaian startup tadi membentuk perdagangan elektronik atau yang saat ini dikenal dengan nama e-commerce. Tahukah Anda, bahwa dalam e-commerce ternyata terdapat transfer data dan pertukaran uang elektronik. Inilah topik kita kali ini, yaitu uang elektronik!
Proses Evolusi Uang Elektronik
Ide uang digital atau sering disebut e-money sudah muncul pada sebuah paper karya Chaum di tahun 1983. Namun demikian, baru 12 tahun kemudian terealisasi secara pasti setelah kemunculan Amazon.com.
Hebatnya lagi pada tahun 1998! Apa coba?
Yeaps, paypal berdiri di tahun tersebut dan semakin mengukuhkan peran e-money di pasar internasional. Sekarang hampir semua merchant bisa menggunakan paypal untuk sistem pembayarannya!
Sepuluh tahun kemudian muncullah bitcoin. Meski belum sepopuler paypal, tapi produk ini sudah mencuri pasar karena dapat diperlakukan seperti forex. Ya benar! Anda bisa memperdagangkan bitcoin dan memperoleh keuntungan dari selisihnya.
Ternyata sejak tahun 2009 konsep e-money mulai diadopsi oleh lembaga perbankan dan keuangan di Indonesia. Dan perlu Anda ketahui bahwa hingga sekarang penggunaan uang elektronik semakin meningkat, mengikuti pertumbuhan market e-commerce yang mencapai USD 1,85 Miliar.
Kenapa Masyarakat Modern Layak Menikmati Transaksi Non Tunai?
1. Kenyamanan dan Keamanan
Mau tidak mau, suka tidak suka, tempat belanja berikut pernak perniknya sudah bermetamorfosis sedemikian keren.
Mari berilustrasi, pas masuk ke Mall, Anda ambil karcis parkir dan ketika akan keluar untuk membayar, sekarang cukup kasih kartu yang ada saldo duitnya. Di dalam pertokoan, apapun yang Anda beli baik itu barang belanjaan, ataupun sekedar jajanan, hampir dipastikan bisa menggunakan kartu “ajaib” yang ada chipnya.
Selesai berbelanja kemudian Anda memutuskan keliling kota, dan melewati gerbang tol. Lagi-lagi, kartu sakti tadi tinggal ditempel sebagai alat pembayaran.
Nikmat mana lagi yang engkau dustakan kisanak?
Kemana-mana jadi gampang, enggak perlu bawa uang jutaan di akhir pekan ketika liburan. Cukup satu atau dua kartu di dompet, maka masalah selesai.
2. Merchant Online Lintas Dunia
Kebayang nggak kalau pas diskon besar-besaran macam Black Friday, kita musti bayar cash? Heboh kan!
Ketika informasi sudah tidak ada batas yang nyata antar negara, maka demikian pula dengan alat pembayaran. Sudah tidak ada batas dengan menggunakan mata uang dunia maya. Anda yang saat ini sedang sarapan, dengan menggunakan paypal sudah bisa membeli tas mahal dari belahan Amerika Utara sana.
Bahkan jika masih berfikir menggunakan transfer uang, nampaknya sudah ketinggalan jaman yak!
3. Otomatisasi Pencatatan
Untuk Anda yang berbisnis dan menawarkan pembayaran dengan uang elektronik, maka secara pencatatannya akan menjadi lebih mudah karena proses transaksinya sendiri telah otomatis. Dengan demikian, akan meringankan dari segi tenaga maupun penghematan waktu dan biaya.
Namun demikian, tentu Anda harus menentukan dulu harus bekerja sama dengan pihak fintech yang mana. Timbang untung rugi masing-masing perusahaan, kemudian putuskan yang paling sesuai dengan bisnis Anda.
Inovasi Berarti Problem Baru!
Dampak Internasional
Menarik disimak perjalanan e-money tadi, fase baru industri keuangan dari negara-negara yang telah maju di bidang teknologi. Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam lingkaran fintech dunia, dimana pangsa pasar yang luar biasa, maka akan menunjukkan status sosial baru negeri ini.
Uang elektronik yang dimiliki warga Indonesia, tentu menjadi pasar yang “yummy” buat negara-negara asing. Mereka akan berlomba-lomba menawarkan produk secara langsung kepada konsumen Indonesia. Tentu saja, akan menguntungkan Indonesia karena memiliki penawaran yang kuat di pasar internasional.
Dampak negatifnya juga akan muncul, persaingan di dalam negeri yang sudah sengit akan bertambah panas dengan adanya kompetitor asing yang memiliki akses langsung ke konsumen. Oleh karena itu, di era less cash society ke depan, mereka yang memiliki pelayanan paling prima adalah juaranya!
Privasi Dunia Maya
Sudah jadi keniscayaan dong ya, sesuatu yang baru pasti menimbulkan ketidaknyamanan baru. Begitu pula dengan gerakan non tunai yang digadang-gadang oleh pemerintah.
Meski seabrek sisi positif sudah diungkap, kenyataannya memang masih banyak potensi konflik yang harus direduksi.
Jika keamanan di dunia fisik bisa menjadi lebih baik dengan transaksi non tunai, itu berarti musti ekstra kerja keras untuk menjamin keamanan di dunia maya. Kapabilitas polisi cyber wajib ditingkatkan, dan pemahaman konsumen juga kudu di upgrade.
Serangan cyber bukan hanya terjadi melalui celah yang ada di sisi pemerintah, tapi justru lebih sering di sisi end user. Metode phising dan semacamnya, sangat populer di kalangan penjahat dunia maya. Oleh karena itu, pengguna harus sadar betul bahwa transaksi yang dia lakukan benar-benar aman.
Nampaknya sudah cukup komprehensif ya bincang-bincang kita. Wassalamualaykum pedagang dunia maya!
Artikel ini diikutsertakan dalam kompetisi “Gerakan Nasional Non Tunai dan Smart Money Wave”
nia nastiti mengatakan
Aku jadi pingin ikut lombanya, hihi. Makasi insipirasinya Mas 😀
diskartes mengatakan
hayuk Nia..goodluck ya
nia nastiti mengatakan
Kaga jadi ikut, good luck Mas Dikaa 😀
diskartes mengatakan
Thank you Nia..
😀
Timo mengatakan
Kayaknya sudah banyak yang berlomba-lomba untuk menyediakan layanan non-tunai ya, tapi lbh enak sih ya, lbh praktis hehe.
diskartes mengatakan
Iya,, gampangnya sekarang kemana-mana tinggal bawa kartu. Kalo di dalam kamar pun tinggal buka akun.. uda ga jaman transferan kayaknya.hahaha
Ariesusduabelas mengatakan
Pada suatu ketika saya pernah nonton acaranya Rene Suhardono, jika nanti uang elektronik gak perlu pakai kartu, tinggal sidik jari saja. Waw!
diskartes mengatakan
Sidik jari? Wuih, serem amat.. berarti langsung connect ke ID setiap orang
zaenudin mengatakan
bener juga ya mas.. punya kartu sakti saja sudah cukup buat beli mobil,rumah dan kemauan lainnya.. jadi gak perlu repot bawa koper buat bisa beli rumah. atau beli mobil ke showroom. hehe
diskartes mengatakan
Lha iya, sekarang aa-apa sudah sakti mas. Tinggal klik atau gesek..duit sudah berupa angka di rekening doang. ga pernah liat fisiknya
Adelina Tampubolon mengatakan
saat ini rasanya uang elektronik rasanya cukup banyak membantu. bawa uang cash pun seperlunya saja.
diskartes mengatakan
Yoiiih del…
bagi sini
Tofan mengatakan
Keren infonya masbro. Memang kedepannya semua akan jauh lebih mudah dengan cashless seperti ini.
Btw kalo kayak e-wallet nya telkomsel gitu masuk kategori apa ya?
diskartes mengatakan
E wallet juga termasuk uang elektronik bro..sepanjang ga ada bayar pake duit kertas, uda masuk kategori itu..
wardha mengatakan
Info yang sangat menarik,, nice
penggunaan e-money akan semakin berkembang apalagi jika infrastriktur gencar ditambahkan. Semain mudah dan praktis memang.
diskartes mengatakan
iya, dalam waktu tertentu,, ada potensi transaksi e-money akan menyaingi cash keras..
makasih untuk apresiasinya ya
Inklocita mengatakan
iya jaman sekarang udah ga jaman pake uang kertas. Cuma kalau dipikir pikir ya kayak gopay, ecash, tcash, sakuku dll kita itu kayak ngasih pinjaman cuma cuma ke mereka loh. uang kita diambil, ga dapet bunga, dan jelas uangnya bisa diputer sm mereka haha
-M.
https://inklocita.blogspot.co.id/2016/12/jakarta-sebelum-tertidur.html
diskartes mengatakan
kalo ada jangka waktu, iya. Tapi kalo enggak,ya ga bisa diputer.
Karena mereka ga tau kapan uang dipake konsumen.
Sebenarnya tujuan ecash untuk perusahaan lebih ke engagement nya sih.
Ted mengatakan
Kenapa e-money ini sukses memjamur kaya jerawat yg dipencet?
Menurut ogut salah satu alasan terpentingnya adalah karena secara psikologi transaksi/belanja dg e-money mengurangi efek “rasa sakit” mengeluarkan uang.
Contoh kecil, orang lbh gampang memutuskan membelu ketika belanja online drpd ketika berbelanja barang yg sama di pasar. Krn ketika berbelanja online (apalagi dg e-money berbentuk deposit atau pembayaran dg credit/debit card), org tsb seolah2 merasa tdk mengeluarkan uang.
Itulah knp, sebagian besar pengusaha secara masif dan ganas mendukung e-money, karena e-money membuat perputaran pasar meningkat berkalikali lipat.
diskartes mengatakan
wkwkwk..jerawat yang dipencet..
iya bener, makanya lebih enak pake emoney kemana-mana
serasa ga bawa duit tapi bisa beli apa apa
Daditoss mengatakan
Ulasan singkat yg padat dan jelas. Menambah wawasan buat yg belum tahu.. dan meningkatkan kewaspadaan buat yg sudah tahu.. seringkali end user terbuai dengan kemudahan yg ditawarkan sebuah sistem/teknologi terbaru tanpa menyadari resiko / kemungkinan yang bisa terjadi..
Semoga lewat ulasan ini, pemerintah dan lembaga2 penyedia layanan juga makin sadar akan resiko yang mungkin timbul.. dan bukan hanya berfokus pada penjualan produk yang notabene “mendatangkan keuntungan” lalu mengesampingkan aspek lain yang ada seperti yg seringkali terjadi di negeri ini..
diskartes mengatakan
ahai…
makasih kokoh uda mampir dan mengapresiasi..
iya semoga para pengambil kebijakan makin berhati-hati dan prudent ya..
salim mengatakan
semua bank keluarkan produk e money, yang dari mandiri saja ada yg buat tol, shio, alumni, indomaret. makin tebel saja ini dompet, tapi ga ada isinya.haha. bagus nya 1 kartu bisa untuk semua. apa mungkin?
diskartes mengatakan
Mungkin. Sangat mungkin.
Syaratnya adalah, integrasi bisnis. Kalau yang sekarang jadi banyak karena setiap kartu mewakili kepentingan bisnis lain yang beda-beda juga.