Kalau kamu investor saham, maka pastilah kamu akrab dengan kenaikan ataupun penurunan harga saham.
Hal ini wajar banget terjadi, bahkan bisa terjadi setiap hari, bahkan dalam hitungan jam ataupun menit. Kok bisa naik turun begini ya? Nah, pastinya ya ada penyebabnya; faktor-faktor yang memengaruhi harga saham tersebut naik ataupun turun.
Tapi, sebelum itu, ada baiknya kamu tahu dulu soal indeks harga saham, terutama yang berlaku di Indonesia. Yes, IHSG adalah salah satunya.
Yang Perlu Kamu Tahu tentang IHSG
IHSG—Indeks Harga Saham Gabungan—adalah indeks yang dapat kamu jadikan sebagai acuan portofolio saham. Selain itu, IHSG juga menjadi acuan tren pasar modal. IHSG bisa dibilang adalah “nilai rekap” atau rangkuman pergerakan harga-harga saham dalam hari yang sama yang terjadi di bursa.
Setidaknya ada 12 indeks saham yang bisa digunakan. Ini sudah sempat kita bahas dalam salah satu artikel di blog ini juga. Silakan dicek, kalau belum baca.
Saat IHSG mengalami pergerakan kenaikan, maka bisa diartikan bahwa pergerakan sebagian besar harga saham naik. Dan, vice versa.
Jadi, IHSG bisa jadi indikator pergerakan pasar ya? Iya, karenanya kalau mau ngecek kondisi pasar secara keseluruhan, ya ngeceklah si IHSG ini.
Lalu, apa saja yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG yang juga berarti pergerakan pasar yang naik atau turun ini? Mari kita lihat satu per satu.
5 Faktor yang Memengaruhi Harga Saham
1. Kondisi Fundamental Perusahaan
Salah satu tujuan suatu perusahaan melantai di bursa efek adalah untuk mendapatkan modal dari investor untuk berbagai keperluan bisnisnya. Di antaranya, untuk ekspansi bisnis ataupun menjaga arus kas agar tetap berjalan.
Sebagai investor, yang akan membiarkan uang kita dipergunakan oleh perusahaan untuk berbagai keperluan bisnis itu, kita berhak memilih, pada perusahaan seperti apa yang akan menerima modal dari kita. Sudah tentu, kita akan memilih perusahaan yang sehat, arus kas lancar, kondisinya baik, produknya laku, para pimpinannya berkompeten, dan seterusnya, bukan?
Kinerja ini dapat memengaruhi harga saham perusahaan tersebut di lantai bursa.
Selain kinerja, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh perusahaan, misalnya tentang akuisisi, merger, ataupun divestasi, juga dapat memengaruhi harga saham.
Misalnya saja, perusahaan yang sahamnya kamu miliki melakukan merger dengan perusahaan lain untuk meningkatkan kinerja. Tentu saja hal ini akan menimbulkan berbagai anggapan, terutama bagi investor yang menganggap bahwa perusahaan yang sahamnya kamu miliki merupakan perusahaan yang kuat karena menggaet perusahaan lain. Efek yang ditimbulkan adalah harga saham perusahaan yang kamu miliki sahamnya mengalami kenaikan yang cukup pesat.
Kamu bisa lihat contoh nyatanya, ketika BRI Syariah hendak merger dengan beberapa bank syariah yang lain dan kemudian membentuk Bank Syariah Indonesia. Nilai sahamnya terkatrol naik berkali lipat, kan?
2. Perubahan Nilai Kurs Rupiah atas Mata Uang Asing
Fluktuasi nilai kurs Rupiah terhadap mata uang asing juga dapat memengaruhi harga saham. Hal ini terutama akan kerasa banget oleh perusahaan yang punya utang dalam mata uang asing.
Misalnya, perusahaan yang bergerak di sektor ekspor impor. Mereka kan melakukan transaksi kebanyakan dalam mata uang internasional, sehingga jika ada pergerakan kurs Rupiah, maka akan memengaruhi pendapatan perusahaan, juga laba yang didapat. Pada akhirnya, hal ini juga akan memengaruhi harga saham perusahaan tersebut, jika memang diperdagangkan di bursa saham.
3. Tren di Kalangan Investor
Tren yang terjadi atau beredar di kalangan investor juga dapat memengaruhi naik turunnya harga saham. Kayak apa sih misalnya?
Ya, kalau kamu sempat mengikuti, beberapa waktu yang lalu sempat ramai soal endorse saham oleh beberapa influencer dan artis. Artis A mengaku investasi saham, dan baru saja membeli saham ABCD. Sontak, saham ABCD diborong oleh follower media sosial artis A tersebut.
Alhasil, harga saham ABCD melejit, karena pada dasarnya saham juga merupakan barang komoditi yang harganya juga memenuhi prinsip ekonomi supply vs demand.
Kasus ini sempat viral banget sih beberapa waktu yang lalu, ditambah lagi kemudian ada pengakuan-pengakuan sebagian orang—yang karena hanya ikut-ikutan tanpa mempelajari cara investasi saham yang benar—akhirnya harus menghadapi masalah lantaran uang yang dipakai untuk beli saham adalah uang titipan arisan, uang hasil pinjam di pinjol, uang hasil gadai BPKB, dan seterusnya.
Miris, tetapi justru ini bisa jadi pelajaran penting buat kita semua.
4. Manipulasi Harga Saham
Ada pula beberapa trik yang kadang juga dilakukan oleh beberapa oknum pelaku pasar modal yang kemudian bisa mengatrol ataupun membenamkan harga saham tertentu.
Ingat dengan kasus GameStop kan? Ini juga ramai banget beberapa waktu yang lalu. Kalau ketinggalan hosip, gugling aja deh ya. Sudah banyak yang bahas dan jelasin kok.
Kasus GameStop bisa digolongkan ke dalam praktik manipulasi harga saham, yang dipicu oleh aktivitas salah satu atau sekelompok pelaku pasar modal. Dalam hal ini, selain si bandar, para investor ritel juga ikut berperan sih.
Meh. Nungguin banget ada kayak ginian di Indonesia sih. Mau ikut soalnya. #ehgimana
Hal-hal seperti ini wajar dan banyak banget terjadi lo. Hanya saja, nggak semua diramein, karena enggak semua ketahuan. #ehgimanalagi Namun, kamu perlu tahu ya, bahwa manipulasi harga saham ini sebenarnya juga termasuk dalam salah satu jenis kejahatan pasar modal.
5. Kondisi negara
Kondisi negara juga dapat memengaruhi harga saham. Nggak hanya kondisi ekonominya, tetapi juga kondisi politik, sosial, budaya … bahkan rasanya apa pun bisa jadi faktor penyebab naik turunnya harga saham.
Nah, kalau dari sisi ekonomi, berikut beberapa indikator ekonomi yang mengakibatkan harga saham tidak stabil, seperti:
- Terdapat perubahan suku bunga acuan yang diakibatkan dari kebijakan moneter di tiap negara yang berbeda. Jika suku bunga acuan mengalami kenaikan, maka perusahaan yang memiliki utang perbankan akan mengalami penyusutan laba.
- Tingkat inflasi yang akan berimbas adanya kenaikan bunga kredit.
- Terjadinya deflasi akibat dari penurunan Indeks Harga Konsumen.
Kalau politik, misalnya saja seperti adanya pergantian pemimpin di negara yang bersangkutan, bisa banget juga memengaruhi naik turunnya harga saham ini. Ingat kan, fenomena-fenomena yang terjadi di bursa saham AS saat masa pemerintahan Trump? Rasanya memang paling ramai deh itu masa pemerintahan Trump. Asyik banget ditontonnya. #lah
Kesimpulan
Nah, itu dia beberapa kondisi yang dapat memengaruhi harga saham di bursa mengalami pergerakan naik dan turun.
Sensi ya, kek perempuan PMS?
Ya begitulah. Tapi, asyik juga sih diikuti, apalagi kalau lagi volatile. Cukup menghibur juga lihat pada panik atau malah pada pamer cuan masing-masing.
Oh well. Intinya sih, berinvestasilah sesuai tujuanmu. Harga saham naik dan turun adalah hal yang sangat normal dan wajar. Sampai Lebaran monyet, hal ini juga akan terus terjadi. Jadi, bersiaplah. Pilihlah strategi yang paling cocok dengan tujuanmu, serta profil risikomu tentunya.
Semoga selalu cuan ya.