Assalamualaykum pemburu event!
Sudah ada yang kenal Ruphiah belum disini?
Kalau belum bisa pula coba follow instagram Ruphiah dulu deh sebelum kita ngobrol lebih panjang. Singkat cerita Ruphiah ini sebagai organisasi yang punya tujuan meningkatkan literasi keuangan di Indonesia. Pada awalnya dibentuk oleh saya, Dani Rachmat, dan Tofan sekarang berkembang dengan bergabungnya Patria Respati, Fitri, dan Rinipta.
24 November 2018 Ruphiah bikin acara “Blogger X Fintech Day” dengan tema Financial Technology as Solution, Not The Problem. Keren ga judulnya?
Itu baru judul, kalian bakal lebih tercengang kalau tahu dalemannya.
Nih ya para pembicara acaranya:
Keynote speaker:
– Kuseryansyah, Ketua Harian Aftech
– Sunu Widyatmoko, Wakil Ketua AFPI
Kemudian panelisnya adalah wakil dari Rupiah Plus, Cash Wagon, Pinduit, Aktivaku, Kreditpro, dan Taralite. Ditambah lagi dua fintech membuka stand untuk memberi informasi langsung kepada para pengunjung yaitu UangMe dan Cash Cepat.
Seperti tema yang diangkat, memang tujuan acara ini adalah untuk memperkuat statement ke masyarakat bahwa fintech seharusnya bukan merupakan masalah baru dalam kehidupan. Memang tidak dapat kita sangkal, banyak organisasi mengaku fintech ternyata justru nipuin warga Indonesia. Itu kenyataan di lapangan, tapi perlu diingat juga bahwa masih banyak fintech yang “sebenarnya” justru membantu akselerasi perekonomian.
Ada beberapa hal menarik untuk dieksplore, dan layak dibagikan kepada khalayak Tuan-tuan Netijen.
1. Fintech bukan Predator
Benarkah?
Bunganya kan tinggi.
Ungkapan ini diucapkan pak Kuseryansyah dan Pak Sunu, fintech bukan predator yang menghisap duit nasabah. Bagaimana menurut kakanda Kartes?
Fintech masihlah predator, tapi ya enggak seganas rentenir pinggir jalan atau fintech jaman dulu. Karena sudah ada aturan yang melindungi nasabah.
Peraturan seperti apa?
Jadi ketika Anda gagal bayar, maka maksimal bunga dan pokok yang ditanggung adalah 2 kali lipat, tidak puluhan kali lipat, seberapa lamapun telat bayarnya.
Misalnya hari ini Anda utang 10 juta dan harus dibayar bulan depan, kalau enggak kena denda. Intinya dalam dua tahun, total utang dan bunga sudah 20 juta yang berarti sudah 2 kalinya kan. Maka lima tahun lagipun total utang dan bunganya masih tetap 20 juta.
Paham?
2. Setiap P2P punya segmen berbeda
Perbedaan bank kredit umum dan fintech P2P bisa dilihat dari fungsinya. Dari event tadi, ada beberapa fintech baru yang skema pinjamannya belum pernah saya dengar, maupun fintech lama dengan model bisnis unik.
Sebut saja Aktivaku dengan berbasis agunan, Kredit Pro dan Taralite memberikan pinjaman ke UMKM di Indonesia, atau Pinduit memberi kredit hanya untuk pendidikan. Fintech lain juga memiliki persyaratan berbeda, misalnya Rupiah Plus dan Cash Wagon menggunakan analisis media sosial untuk approval kredit. Jadi tidak perlu melampirkan dokumen sebanyak Bank, dan persetujuannya juga relatif cepat.
3. Literasi Keuangan Indonesia masih minim
Jangankan menanggapi kekurang pahaman saudara kita di kawasan Timur maupun perbatasan Indonesia, lha wong yang di daerah Jakarta dan sekitarnya saja masih banyak yang tidak memahami literasi keuangan dengan baik.
Buktinya masih ada manusia metropolitan bingung membedakan bunga fix rate atau float rate, jangan-jangan salah satu di antara kalian.
Kalau masih merasa kurang dari sisi literasi keuangan, pantengin aja instagram saya atau teman-teman yang tadi uda disebut. Atau nongkrongin blog nya juga boleh.
Nah kebayang kan, bagaimana minimnya literasi keuangan jika diukur di luar jawa? Makanya menurut saya, fintech membantu pemerintah dalam mensosialisasikan literasi keuangan. Katakanlah warga tidak membeli produk mereka, tapi paling tidak mereka jadi sedikit melek bahwa segala hal yang berhubungan dengan duit sudah berkembang pesat.
Tanggung jawab moral
Tulisan diatas menggambarkan perspektif dari sudut pandang fintech, sementara kita harus juga melihat dari persepektif klien.
Klien adalah RAJA?
BIG NO.
Apalagi dalam industri pinjam meminjam, kalau klien diibaratkan raja, bisa seenaknya balikin. Terlebih seorang raja harusnya tidak berutang.
Untuk urusan fintech P2P lending, klien adalah orang sakti yang butuh bantuan.
Sorry to say, tapi itu perspektif yang tepat. Dan fintech P2P lending menawarkan solusi bagi Anda. Oleh karena itu, ingat ketika sudah diberi bantuan berupa duit, jangan lupa balikin. Jurus pura-pura lupa tidak berlaku disini, sistem sudah canggih!
Jadi syarat paling sehat kalau mau ngajuin pinjaman ke fintech lending:
– Sehat jasmani dan rohani
– Benar-benar membutuhkan
– Yakin bisa balikin
Sekian ya
Wassalamualaykum pemburu event!