Assalamualaykum penggila saham blue chip!
Saya bisa pastikan bahwa jawaban dari pertanyaan “Apakah saham blue chip yang paling aman?” adalah TIDAK!
Faktanya saat indeks merosot seperti di tahun 2018, performa saham blue chip kenamaan justru di bawah performa IHSG. Perhatikan gambar berikut ini
Warna Biru = IHSG
Warna Hijau = Unilever (UNVR)
Warna Merah = Astra (ASII)
Saat pasar saham menanjak di tahun 2017, performa saham blue chip memang di atas indeks. Namun saat pasar modal merosot, ternyata performa sahamnya lebih jatuh.
Tidak ada saham yang aman di pasar modal, adanya relatif lebih aman. Ingatlah bahwa saat Anda sudah terjun ke pasar modal, tidak ada satupun pihak menggaransi keselamatan uang dan nalar kalian. Banyak orang kehilangan duit, terus jadi stres. Makanya, yakin mau masuk ke dunia saham?
Sebelum kalian bertanya tak tentu arah, kita fokus dulu pada topik besarnya
Apa itu saham blue chip?
Saham-saham blue chip memiliki kapitalisasi besar, sehingga sedikit pergerakan dari saham tersebut akan berakibat pada indeks gabungan. Saya pernah membahas hal ini ketika menulis perbandingannya dengan saham gorengan. Well, meskipun perhitungan IHSG sekarang mengalami perubahan semenjak era free float.
Tentu saja perusahaan berkapitalisasi besar biasanya sudah beroperasi beberapa generasi, sehingga reputasinya juga melegenda. Sebut aja Astra, Telkom, Unilever, dan brand besar lain yang menjadi incaran para pencari kerja. Kita lihat ya contoh si unilever,
Coba liat saja berapa kapitalisasi pasarnya, bisa dilihat di tulisan “Market Capitalization”. Nah kalau kalian ingin melihat perusahaan lain, bisa search langsung di laman resmi Bursa Efek Endonesia.
Biasanya harga saham blue chip juga sudah mahal, tentu bukan melihat dari rupiahnya ya, tapi value perusahaan. Meskipun ada beberapa yang sedang terdiskon karena iklim usaha memburuk. Berdasarkan contoh si Unilever tadi, PER dia sudah diatas 35an lhoh. Artinya jika dilihat dari sisi “murah” berbasi harga dan earning, maka harga UNVR sudah di atas rata-rata. Biasanya kan orang cari saham harga PER dibawah 20, bahkan kalau bisa dibawah 10.
Lucunya, orang sering salah mengira bahwa semua saham di LQ-45 merupakan saham blue chip, padahal enggak. Selalu ingat bahwa tidak semua saham di LQ-45 termasuk kategori blue chip, meski biasanya memang benar demikian. Hal ini disebabkan saham yang termasuk LQ-45 selalu diupdate setiap bulan, dengan kriteria tertentu.
Siapa yang cocok mengkoleksi saham blue chip?
Sebagai saham blue chip yang sudah memiliki reputasi tinggi di masyarakat, maka potensi kenaikan harganya juga menjadi terbatas. Ibarat kata, harga yang tinggi sudah dirasa cukup rasional dan akan sulit untuk meningkat lebih lagi.
Volatilitas saham blue chip lebih terkendali dibanding saham second liner. Anda sendiri bisa melihat secara langsung di pasar modal, sangat jarang ditemukan ada saham berkapitalisasi besar mengalami kenaikan dan penurunan sampai di atas 5-10% dalam sehari.
Kenapa demikian? Karena untuk kenaikan 1% saham blue chip seperti Astra (ASII) atau Telkom (TLKM) butuh dana luar biasa besar.
Dengan profil seperti itu, tidak semua investor nyaman membeli saham blue chip, terutama bagi investor agresif yang mengincar profit besar. Maka dari itu, saham blue chip sangat cocok digunakan sebagai instrumen defensif agar portofolionya menjadi lebih seimbang. Gunanya adalah sebagai jangkar penahan saat indeks kacau balau.
Investor kawakan lebih demen nyari saham tidak terkenal dengan potensi profit tinggi dibandingkan saham blue chip. Namun demikian saya selalu menyarankan kepada teman-teman yang baru belajar dunia saham, untuk memulainya dengan blue chip.
Saham blue chip apa yang cocok dikoleksi?
Karena sekarang niatan Anda adalah menjadi investor defensif maka perlu ditekankan dulu konsep returnnya. Jangan kaget jika ternyata portofolio Anda tidak akan menghasilkan profit beratus atau sekian puluh persen, karena memang targetnya juga tidak terlalu tinggi.
Cukup ngincer sedikit di atas bonds atau indeks.
Setiap investor memiliki preferensi yang berbeda, termasuk saya. Untuk saham bertipe defensif, saya cenderung melihat growth EPS dan dividen yang diberikan. Pemberian dividen memang tidak selalu indikator positif, tapi logikanya jarang perusahaan besar membagikan dividen jika tidak yakin bisnisnya sedang di track bagus. Pertaruhannya terlalu banyak.
Untuk rasio-rasionya, kalian pelajari deh analisis fundamental saham.
Bila dari sisi pendapatan sudah terlihat solid, maka keamanan kondisi kantong perusahaan juga tidak kalah penting. Bicara mengenai hal ini, tidak lepas dari utang yang dimiliki perusahaan.
Ada idiom yang bilang, “Orang kaya, utangnya juga banyak.”
Sekarang tanyakan ke perusahaan pilihan, apakah utangnya masih dalam batas aman? Apakah aset perusahaan jauh lebih banyak daripada utangnya. Jika ternyata tidak, maka harus dipertanyakan tuh!
Mencari saham blue chip lebih susah dibanding yang Anda kira!
Dengan reputasi yang menjulang, sangat susah mencari saham blue chip yang harganya undervalue. Tentu saja tidak ada gunanya jika Anda beli saham bagus, tapi harganya tinggi. Anda tidak akan mendapat profit sepadan, kawan!
Saat orang bilang tidak perlu melihat berita tiap hari untuk main saham, jangan dengarkan! Karena sangat tidak mungkin Anda berdiam diri tidak melakukan apapun, tiba-tiba ada saham blue chip yang jatuh harganya.
Pencarian saham ini lebih susah dibandingkan saat sudah memilikinya. Kalau saham blue chip sudah di kantong dengan harga murah, yaudah tinggal tutup mata dan berdoa agar harganya naik pelan-pelan. Jangan terlalu cepat, karena itu bukan tipikal blue chip.
Wassalamualaykum penggemar saham blue chip!