Assalamualaykum orang kaya!
Bertahun-tahun yang lalu saya mulai belajar saham dengan satu tujuan mulia, apalagi kalau bukan ingin profit secepatnya dari pasar modal. Seribu yakin deh, Anda semua yang sedang baca artikel ini juga memiliki keinginan yang sama yaitu jadi kaya dari saham.
Benar kan?
Mulai deh Anda sibuk kesana kemari mencari “ilmu” tentang dunia saham, keuangan perusahaan, ekonomi, bahkan ilmu psikologi market. Itu wajar, dan memang seorang pebisnis harus melakukan hal demikian. Karena sebelum terjun ke pasar modal, kita harus tahu dulu bagaimana kondisi lapangan.
Namun kenyataan berkata lain.
Ketika Anda baca-baca koran, banyak orang yang mengaku tidak memiliki background dunia keuangan namun bisa cuan ratusan persen dari saham. Atau seorang tua yang sejak dulu membeli saham A, hanya karena dia suka perusahaan tersebut, meski tidak paham bagaimana bisnis berjalan, hingga akhirnya dia bisa amat kaya raya karena saham A. Dan masih banyak cerita luar biasa lainnya, kebanyakan akan sangat mengharu biru.
Bukan tidak mungkin ketika Anda sudah cukup berpengalaman hingga pada akhirnya mengangkat murid, ternyata sang murid ini lebih berprestasi dalam bermain saham. It’s SO REAL!
Dan masih banyak cerita unik semacamnya.
Dari situ saya belajar satu hal yang selalu orang bijak katakan, bahwa di atas langit akan selalu ada langit. Tidak peduli kita sudah berpuluh tahun di dunia saham, lulusan universitas luar negeri, atau bergelar PhD, bukan berarti Anda lebih “smart” dalam mencari profit di dunia saham.
Apakah harus bodoh agar kaya dari saham?
YA JELAS ENGGAK!
Pasar saham merupakan tempat semua orang, sarjana dari berbagai ilmu atau mereka yang tidak mengenyam bangku kuliah dipersilakan mengais rejeki disitu.
Justru kalian yang memiliki background finance, sudah ngerti istilah ROI, ROE dan semacamnya sejak kuliah, atau bisa membaca laporan keuangan mulai SMA, harusnya tidak ada masalah mendapat profit dari pasar modal. Ketika masih juga rugi dari saham, maka tanyakan ke diri Anda.
Apa yang salah dari cara investasi saham yang dilakukan?
1. Tidak mau belajar dari orang lain
Emang dikira, kalian sudah oke?
Tidak bermaksud menghakimi kalian, karena justru saya sendiri pernah mengalaminya. Bermodal cuan beberapa kali dan mengenyam pasar saham untuk waktu lama, ternyata membuat lupa diri. Pernah ada seorang kawan yang baru mulai belajar, ngasih saya saran untuk beli LEAD yang kala itu harganya masih dibawah Rp100.
Tau apa yang terjadi?
Dengan sombongnya saya menolak sarannya, padahal tidak lama kemudian harga saham tersebut naik drastis. Kesalahan saya selain sombong mendengar orang lain, juga tidak melakukan analisis teknikal lebih dulu yang ternyata memang mendukung pernyataan beliau.
Memang kita tidak boleh melakukan aksi hanya berdasarkan informasi dari orang lain, tapi jangan meremehkan apalagi dengan cara sombong. Bisa jadi Tuhan mau ngasih rejeki ke kita lewat orang tersebut. Tidak ada yang tahu bukan?
Alangkah baik jika ada orang yang memberi Anda saran untuk membeli atau menjual saham A, B, C, dengarkan saja apa alasan dibaliknya. Kalau menarik perhatian, baru diselidiki lebih jauh. Terus bagaimana jika menolak? Boleh aja, tapi enggak perlu frontal!
Untuk melakukan penyelidikan seperti yang tadi disampaikan memang butuh keahlian tambahan dan harus menyesuaikan dengan kasus yang ada. Artinya begini, jika ada kabar baru yang berkaitan dengan akuisisi perusahaan asing, perbaikan bisnis, dan lain sebagainya, maka biasanya akan tampak di grafik perubahan yang signifikan. Dari situ baru Anda mulai melakukan hitung-hitungan secara fundamental sendiri. Apakah rasio yang ada sesuai dengan kriteria kalian.
2. Tergesa mendapat untung dari saham
Penyakit selanjutnya adalah ketergesaan untuk segera untung dari pasar saham. Kenyataannya? Bukan untung yang diperoleh, malah buntung didapat.
Andaikata Anda seorang peramal yang bisa melihat 24 jam kedepan, maka memperoleh untung 20% per hari adalah MUDAH. Kalikan 20 hari, maka sebulan bisa 400% tanpa hitungan compound. Jadi modal 100 juta, nanti bulan depan jadi 400 juta. Syaratnya cuma satu, Anda menjadi peramal.
Sekali lagi, PERAMAL!
Masalahnya tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa melakukannya bukan?
Makanya sabar!
Banyak sekali orang baru berhasil mendapat untung lumayan setelah bertransaksi tahunan, jadi jangan pernah berfikir langsung kaya dari saham. Karena itu akan membuat pemilihan dalam portofolio kacau balau.
3. Percaya diri berlebihan
Hulu dari kedua poin sebelumnya sebenarnya poin ke tiga ini, yaitu percaya diri yang lebay. Kenapa bisa demikian? Karena ada “beginners luck” yang kebetulan menyertai setiap langkah mereka, merasa setiap transaksi yang dilakukan adalah emas yang menghasilkan.
Akibatnya banyak sekali transakti tidak penting yang terjadi dan cenderung merugi pada akhirnya. Padahal sangat tidak disarankan untuk buka-tutup transaksi teramat sering, bahkan bagi seorang day trader.
Adapula yang saking percaya dirinya, akhirnya malah berutang terlalu banyak. Ingat kawan, menggunakan margin untuk bermain saham tuh amat sangat berisiko.
Saya sudah menulis risiko saham lho ya, apa jangan-jangan kalian tidak membacanya? Kalau belum, baca deh risiko investasi saham yang harus kalian pahami.
4. Menyalahkan diri sendiri
Menyesal selalu datang terlambat, kalau di awal namanya peringatan. Gitu guyonan orang-orang tempo dulu. Kita gunakan contoh saja, misal Anda beli saham ERAA hari ini di harga 3.000 karena kemarin naik 20% sehingga terpikir kemungkinan bakal naik terus. Setelah beli lagi, ternyata besok harga justru turun drastis.
Mayoritas orang akan shock!
Sebagian orang yang shock tadi akan terpuruk, menyesali keputusannya, bahkan sampai berhari-hari. Kemudian muncul pikiran, “Coba dulu ga beli saham ini itu, kan jadinya ga rugi.”
Atau orang yang ketinggalan kereta saham, artinya telat beli saham yang sedang melompat tinggi karena terlalu takut beraksi. Biasanya reaksi mereka,”Yaaah, kenapa dulu ga beli saham itu. Uda kaya sekarang jadinya”.
Bro and sis, enggak dosa Anda yang rugi dari pasar modal karena salah beli/jual. Menyalahkan diri sendiri, apalagi terlalu lama justru berefek kontra produktif. Seniman selalu menjadikan kesalahan sebagai sesuatu yang bernilai, makanya jadikan kesalahan tadi sebagai batu loncatan.
Daripada menyesali, lebih baik cari tahu alasan dibalik kenapa Anda salah. Ntar juga akan terpola pola pikir positif dan insting investasi Anda terasah dengan sendirinya.
5. Menolak ngaku kalah
Orang pintar seharusnya mempersiapkan diri untuk menang dan kalah. Ketika menang ya biasa aja, anggap itu memang harus terjadi. Ketika kalah, harus mau menerima juga karena ternyata pelaksanaan di lapangan tidak berjalan sesuai strateginya.
Sayangnya, banyak orang pintar yang daripada mencari tahu penyebab kekalahannya, justru tidak mau menerima kekalahan di pasar saham.
Misalnya begini, David beli saham Astra di harga Rp 8.000 karena sudah menghitung variabel dan proyeksi ekonomi kendaraan. Ternyata ada kebijakan pemerintah yang membuat harga turun menjadi Rp 7.500. Bukannya menerima kekalahannya, malah menyalahkan kebijakan dan yakin strateginya tidak salah, justru beli lagi. Kalau niatnya jangka panjang, ya bener ada harga lebih murah. Tapi yakinkah dia kalau harga tidak akan turun menjadi tujuh ribuan atau bahkan di bawahnya?
Ngerti gaes?
Wassalamualaykum orang kaya!
leo mengatakan
Keren om…..simple dan mudah dimengerti…..
donny mengatakan
Sepertinya dari bahasa anda, lebih ke short term trading. Kesalahan setiap orang tentang saham adalah ingin untung cepat sehingga melakukan short term atau bahkan daily trading. Padahal pemahaman untuk invest itu untuk long term, coba bandingkan saham bca dari tahun 2010 sampai dengan 2020, perbedaan nya sangat mencolok jika kita melakukan invest dan menabung. Jika kita untung sedikit langsung jual, maka kedepan nya kita hanya akan dapat emiten2 “sampah / rongsok” yang akan membuat orang rugi di saham bahkan habis modal. Seharusnya jika kita komitmen tabungkan saja seharusnya tidak akan ada kerugian dengan catatan di saham saham perusahaan blue chip seperti bbca, bbri, icbp, etc.