diskartes.com – Assalamualaykum investor saham!
Tahukah Anda kenapa saya selalu mewanti-wanti agar kalian mendiversifikasi investasi, termasuk saham? Saya tidak akan ngomongin,
“Don’t put all your eggs in one basket”
KUNO! Sudah ada di beberapa tulisan saya sebelumnya.
Kali ini mau bicarain untung-nya saja. Pada mau untung kan?
Ada ga diantara kalian yang punya kemampuan membaca masa depan? Kalau ada, sini saya pinjem kekuatannya. Minta berapa duit, juga bakal disiapin.
Masalahnya ga ada kan orang yang seperti itu?
Makanya kita perlu strategi investasi saham. Karena ketika pasar lagi bergairah, akan sangat merugi jika kita tidak bisa memanfaatkannya dengan memperoleh profit.
Ada sebuah istilah bernama Rasio Untung Rugi, atau dalam bahasa asing “Profit-Loss Ratio”
Rasio Untung-Rugi
Dalam sebuah pertandingan tinju, ada ungkapan
“Gapapa deh saya kena pukul dan jatuh dua atau tiga kali. Yang penting satu pukulan saya bisa bikin menang KO”
Ungkapan itu memang bikinan saya barusan.
Tapi intinya, dalam dunia saham, tidak masalah jika Anda mengalami kerugian berulangkali, sepanjang secara portofolio masih terhitung untung. William O’neill, pendiri metode CANSLIM, menyarankan rasio untung-rugi yang paling optimal yakni 3:1.
Apa artinya?
Andaikata Anda mengalami kerugian sebanyak 2x, masih bisa untung ternyata lewat profit yang hanya 1x.
Belum paham kah? Santai dulu, saya mau beli eskrim, baru lanjut ke contoh.
Mengatur Rasio untung rugi saham
Untu mengatur rasio untung rugi saham, yang bisa dilakukan adalah dengan menentukan titik stop loss dan taking profit. Dengan rasio 3:1, maka kita bisa ambil permisalan titik stop loss di 7%, jadi andaikata saham pilihan turun sampai 7%, maka akan terjual dan rugi. Sementara untuk titik taking profit ada di 20%, yang berarti kita jual saham ketika menyentuh keuntungan 20%.
Simulasi beli saham
Anda beli 50 lot saham di harga Rp 1.000,-
Artinya total = 50x100x1000 = Rp 5.000.000,-
Turun hingga 7%, terjual dong dengan merugi 7%x5.000.000 = 350.000
Dana hasil penjualan sebesar Rp 4.650.000,-
Saham kedua juga 50 lot saham di harga Rp 900,-
Total biaya = 50x100x900 = Rp 4.500.000,-
Turun hingga 7%, terjual dengan rugi 7%x 4.500.000 = 315.000
DAna hasil penjualan sebesar 4.185.000
Saham ketiga juga 50 lot saham di harga Rp 800,-
Total biaya = 50x100x800 = Rp 4.000.000,-
Naik 20%, terjual dengan untung 20%x 4.000.000 = 800.000
Dana hasil penjualan sebesar 4.800.000
Jadi meski Anda mengalami kerugian selama dua kali berturut, masih bisa melenggang dengan kemenangan.
Trader yang sukses bukan trader yang selalu benar, bahkan tidak jarang kesalahannya lebih dari setengahnya. Pada akhirnya dia menjadi trader saham yang sukses karena bisa untung, bukan? Nah strategi saham ini adalah salah satunya.
Konsistensi strategi saham
Sebagus apapun strategi saham, pada akhirnya tidak akan menjadi bermakna apabila tidak konsisten dilakukan. Semua orang juga paham bahwa kemenangan tidak akan pernah diraih dengan mudah, Indonesia aja merdeka setelah 350 tahun kan?
Nah untuk konsisten, TULIS di depan meja kerja Anda! Katakanlah dengan cara tadi, pasang stop loss di 7%, dan jika sudah untung 20% maka WAJIB menjual. Kalau mau mengambil untung lebih, sesuaikan titik stop loss nya agar rasio tidak terlalu jauh.
Wassalamualaykum investor saham!