diskartes.com – Assalamualaykum para pebisnis Indonesia!
Seminggu yang lalu kita membicarakan tentang yield, sebagai potensi keuntungan di masa mendatang. Nah sekarang saatnya kita obrolin keuntungan yang benar-benar telah terjadi, capital gain. Kebetulan pula, ada beberapa rekan yang request untuk mengupas topik ini.
Meskipun bahasanya nginggris, tetapi sebenarnya bukan untuk konsumsi orang-orang kaya saja lhoh. Investasi apapun itu sepanjang ngasih keuntungan maka bisa dibilang capital gain.
Contohnya Arum membeli saham ANTM Rp 1juta, ternyata setelah lebih dari 2 tahun harganya melompat menjadi Rp 2,5juta. Lumayan bisa buat nambah bayar kuliah. Nah capital gain-nya 1,5 juta. Jadi,
Capital gain = Untung Investasi
Ada untung ada rugi dong ya, nah kerugian disebut orang pasar sebagai “Capital Loss”
Sederhana sekali bukan? Makanya jangan parno duluan dengan istilah yang asing, orang berdasi pake istilah itu karena memang susah sekali mencari padanannya atau cara pikirnya yang telalu ribet. #Sorry bos!
Di artikel kali ini ada beberapa hal yang ingin saya angkat dari capital gain, so let’s go!
5 Fakta Menarik Tentang Capital Gain
1. Capital Gain Lebih Disukai Daripada Dividen
Fakta pertama ini khususnya untuk para trader saham di bursa. Kenapa bisa terjadi demikian?
Bayangkan saja dalam setahun perusahaan berapa kali membagi dividen kepada para pemegang sahamnya? Ada yang bisa mencapai 10 kali? Sedangkan capital gain bisa didapat ketika trader tutup transaksi. Dan bisa berkali-kali dalam seminggu kan? Meski tidak disarankan demikian.
Atas alasan itu, maka banyak investor dan trader menganggap dividen yang diterima hanyalah sebagai bonus tambahan. Bukan sesuatu yang diincar.
Selain itu perlu diingat pula, bahwa membagi dividen bukanlah sebuah kewajiban mutlak perusahaan. Bisa saja perusahaan menunda memberi dividen karena mau ekspansi. Alhasil justru meningkatkan kapitalisasi dan berpotensi meningkatkan keuntungan.
2. Time does matter
Kalau istilah lain kan “size does matter” nah untuk di investasi, yang namanya waktu adalah kunci utama. Semakin lama aset Anda pelihara, maka potensi kenaikan harga nya semakin tinggi.
Apabila Anda bertipe turnover tinggi atau suka sekali jual beli aset, perlu diperhatikan pula biaya administrasinya. Secara kasat mata kan sudah terlihat bahwa biaya administrasi merupakan beban variabel, dimana akan muncul ketika melakukan jual beli. Potensi menurunkan capital gain dong!
3. Income vs Capital Gain?
Gusti membeli jam tangan antik dari pasar bekas seharga RP 1 juta, langsung dijual online pada saat itu juga. Eh ternyata banyak yang minat, seorang perawan bernama Susi membeli jam tangan tersebut dengan harga Rp 1,5 juta. Langsung dong dapat untung 500 ribu.
Menurut saya, capital gain berangkat dari istilah “capital” atau modal. Dimana biasanya dikhususkan untuk aset ber tenor lama, katakanlah di atas 1 tahun. Atau kalau produk investasi seperti saham dan reksadana yang dibeli perorangan masih bisalah disebut capital gain.
Nah dari contoh yang disebutkan tadi, kelebihan uang si Gusti lebih condong disebut sebagai “revenue” atau pendapatan. Kentara sekali Gusti mata duitan dan menginginkan keuntungan dari transaksi tersebut.
Hal serupa berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang berbisnis jual-beli, katakanlah Starb*ck atau lainnya. Kan yang dijual itu barang, tidak mungkin kita anggap sebagai investasi bukan?
4. Capital Gain utama Orang Indonesia Berasal Dari Rumah
Meski banyak yang belum punya rumah, termasuk saya yang nomaden ini, tapi kepemilikan orang Indonesia atas rumah tu luar biasa lhoh. Memang Pemerintah masih menggalakan program rumah murah, tapi coba lihat banyak banget kan bangunan yang sudah berdiri. Entah siapa yang punya…
Artinya apa?
Seperti yang telah kita bahas, bahwa waktu akan menaikkan nilai rumah tadi. Sehingga dalam beberapa dekade ke depan, akan semakin tinggi capital gain yang tercipta dari sektor perumahan.
Terlalu bermimpi rasanya sektor saham dan semacamnya akan menggeser bisnis properti. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya lonjakan harga di sektor riil harus bisa dimitigasi dengan sebaik mungkin, baik oleh pemerintah dan developer.
Ngomong-ngomong soal properti, dulu saya pernah obrolin cara investasi apartemen. Semoga saja bisa bikin Anda cuan!
5. Konsekuensi Pajak
Bentar lagi pada sibuk ngisi SPT nih, sudah saatnya bulan pajak.
Setiap capital gain memiliki dampak pajaknya, dan tentu saja berbeda-beda tergantung objek pajaknya. Sengaja tidak kita bahas disini, karena nanti akan ada topik tersendiri tentang pajak. Tapi pesan yang perlu Anda pahami adalah, setiap tindakan yang menghasilkan keuntungan, entah itu revenue atau capital gain akan memiliki konsekuensi perpajakan.
Nampaknya sudah cukup ya obrolan singkat kita, semoga Anda makin sukses.
Wassalamualaykum para pebisnis Indonesia!
dani mengatakan
Hihihihi… Masih takjub sama capital gain di property emang Om. Komoditas yang gak bisa ditambah (untuk sumber tanahnya) tapi peminatnya gak habis-habis. 😀
Capital gain emang sedap banget rasanya.
diskartes mengatakan
Hehe.yoi.. uda ngrasain juga kan?
THanks cak
Vicky Laurentina mengatakan
Saya kalau milih saham ngga”pernah mikirin dividen. Paling saya hitung riwayat capital gain-nya berapa. Kalau riwayat capital gain-nya kecil, saya nggak akan beli sahamnya.
Minggu lalu saham-saham incaran saya tuh riwayat capital gain-nya cilik-cilik. Kalaupun ada yang pernah gain besar, trendnya juga masih lemah.
diskartes mengatakan
Memang beda orang beda style..
Saya kadang mikirin mba, terutama untuk jangka menengah-panjang. Tapi ya ga jadi perhatian utama, kadang aneh aja kalo perusahaan super gede ga pernah bagi hasil..
Tapi capital gain tetap no.1, haha..
Sabar aja, siapa tau abis dipegang jadi gede mba..
Kyubi mengatakan
Bang emang bener capital gain dapat menunda pembayaran pajak