diskartes.com – Assalamualaykum para filsuf modern!
Dalam beberapa ajaran agama diajarkan makna keikhlasan atas apa yang dimiliki setiap individu di dunia ini. Kemudian filosofi lokal mengingatkan kita untuk selalu “nrimo ing pandum”, yang artinya juga tidak jauh beda dengan keikhlasan, menerima segala yang diberikan. Kali ini kita akan angkat tema populer yaitu kebebasan finansial, tapi dari sudut pandang falsafah kuno bernama stoikisme.
Stoikisme bisa dianggap sebagai pandangan yang meminimalisir emosi negatif berlebihan, seperti kemarahan, ketidaknyamanan, gelisah, dan semacamnya. Dan terkadang cara berfikirnya bertolak belakang dengan ilmu filsafat pada umumnya yang mengutamakan kebijaksanaan ideal namun tidak dapat diaplikasikan. Kaum Stoics berfikir lebih sederhana, namun mampu direalisasikan. Mereka menggunakan teknik yang disebut Negative Visualization, tapi dalam bahasan ini saya lebih condong menggunakan istilah Perspektif Negatif.
Bagaimana “Perspektif Negatif” Bekerja?
Mari kita sedikit bermain dengan pikiran kita, pejamkan mata tapi jangan bayangin hal mesum yak. Anda adalah seorang buta seperti Arya Stark (film Game of Thrones), mau ngapa-ngapain susah. Ingin belanja, jajan, membangun rumah, bahkan mau bercinta pun butuh extra effort. Tapi pada akhirnya Anda akan tetap survive, hidup, dan bernafas. Ketika Anda diberi penglihatan lagi, Voila! Itu adalah bonus dan anugerah tak terkira. Anda akan bersyukur tanpa henti atas keindahan pandangan yang diberikan, padahal kegiatan yang dilakukan ya biasa aja.
Jadi, ajaran stoikisme ini sederhana banget,
” belajar menginginkan apa yang dimiliki”
Susah? Jelas, mana mungkin Anda menginginkan steak yang sudah ada di depan mata dan siap disantap. Anda hanya akan menginginkan steak jika masih belum mendapatkannya. Tapi bagaimana jika ceritanya Anda adalah seorang buta, kemudian dihilangkan kebutaannya, dan diberi santapan steak?
Ke Arah Kebebasan Finansial Individu
Belenggu finansial disini bukan berarti pekerjaan. Kebebasan finansial paham stoikisme lebih menitikberatkan pada mindset, agar tidak matre, tidak mata duitan! Ketika Anda menjadi seorang karyawan biasa, lakukan mapping poin-poin mana saja yang bisa Anda pengaruhi dan mana yang tidak. Pernah pusing gara-gara tim bola kesayangan atau calon presiden Anda kalah, itu karena ngefans atau judi? Tadi adalah poin yang tidak akan bisa Anda pengaruhi, jadi drop dari list. Anda akan sukses jika bekerja keras, itu adalah contoh poin yang bisa dilakukan!
Stoikisme mengajarkan untuk tidak terlalu merisaukan masa depan, tapi justru semangat yang positif. Yakinlah ketika kita melakukan hal yang baik, masa depan yang dinanti juga akan baik. Belenggu akan target pencapaian sirna, inilah makna kebebasan finansial yang sangat mendasar.
Tentu pandangan itu sangat bertolak belakang dengan perencanaan keuangan modern bukan, dimana Anda harus menentukan target per tahun bahkan per bulan. Dunia sudah bergerak terlalu maju, hingga “kebahagiaan” dan “kesenangan” menjadi saru, tak terlihat bedanya. Anda akan senang ketika naik Harley Davidson untuk pertama kali, berhubungan sex dengan pasangan di malam pertama. Yeap, itulah bentuk kesenangan. Sedangkan stoikisme mengajarkan mindset kebahagiaan sangat mendasar. Seperti contoh sebelumnya, Anda adalah karyawan biasa namun bisa melihat hingga berbahagia melakukan hal-hal biasa.
Wassalamualaykum para filsuf modern!
dani mengatakan
Mantabh Om filosofinya..
diskartes mengatakan
Thanks Mas Dani.. 😀
Adelina Tampubolon mengatakan
Gilaa kerenn tulisanmu. kenikmatan ala stoikisme, membuat kita hidup nga ngotot gitu kali yach.
diskartes mengatakan
Waww.. thanks loh atas apresiasinya..dari seorang suhu yoga pulakk..
yeaps..biar hidup bisa dinikmati lebih maksimal
Rona mengatakan
Terima kasih sudah memberi cara pandang lain, Gan. Blog-nya kereeen.
diskartes mengatakan
Thanks a lot Rona untuk apresiasinya..
Ariesusduabelas mengatakan
😀